2017, Sektor Properti Membaik

CRI QANON RIA DEWI
11/11/2016 09:09
2017, Sektor Properti Membaik
(ANTARA/FAKHRI HERMANSYAH)

PERSATUAN Perusahaan Realestat Indonesia (REI) optimistis tahun depan penjualan properti akan lebih baik daripada tahun ini. REI menilai sektor properti pada 2016 masih belum menggembirakan.

Upaya pemerintah melakukan penyesuaian regulasi dan deregulasi akan berdampak positif terhadap industri properti nasional.

"Program amnesti pajak yang dicanangkan pemerintah terhitung sukses pelaksanaannya. Diharapkan, dana yang sudah dideklarasi wajib pajak bisa diinvestasikan ke properti," ujar Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) REI Eddy Hussy pada acara Media Lunch dengan Forum Wartawan Perumahan Rakyat di Jakarta, kemarin.

Ia mengungkapkan beberapa faktor membuat outlook sektor properti lebih baik pada 2017, di antaranya pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan lebih baik dan pada 2017 dengan target pemerintah tumbuh 5,3%.

Selain itu, Indonesia merupakan negara dengan nilai PDB terbesar di kawasan Asia Tenggara, sedangkan rasio PDB terhadap KPR Indonesia masih kecil yaitu 2,8% per 2015.
"Di bawah Singapura yang mencapai 45,9%, Malaysia 37,8%, Thailand 22,3%, dan Filipina 3,3%," ujarnya.

Indonesia juga memiliki bonus demografi dengan jumlah penduduk terbanyak di Asia Tenggara dan nomor empat di dunia. Jumlah penduduk sekitar 255 juta jiwa (persentase jumlah penduduk usia produktif 15 tahun-64 tahun mencapai 66,5%) membuat kebutuhan rumah akan terus meningkat.

Faktor lainnya ialah jumlah kelas menengah terus bertumbuh, membuat terjadinya peningkatan kualitas hidup yang bisa mendorong penjualan properti dan pengembangan kawasan.

Ia juga menyebutkan pertumbuhan pasar properti membaik karena harga yang masih cukup rendah, suku bunga KPR/KPA turun, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus membaik, dan inflasi cenderung terkendalai.

Menurut dia, sejumlah faktor tersebut mampu meningkatkan gairah pasar properti nasional.

Belum menggembirakan
Eddy juga menilai pertumbuhan sektor properti tahun ini belum menggembirakan. Hal itu terlihat dari sisi penjualan yang masih mengalami perlambatan bila dibandingkan dengan tahun lalu. Secara keseluruhan, hingga September 2016, penjualan properti hanya tumbuh sekitar 8%-10%.

"Pertumbuhan penjualan properti semua segmen tidak terlalu tinggi, sekitar 5%. Penjualan properti subsidi segmen menengah bawah menggembirakan tahun ini. Sementara itu, penjualan sektor menengah atas masih terkoreksi," kata dia.

Penjualan rumah subsidi hingga September 2016 naik sekitar 37%, sedangkan penjualan rumah nonsubsidi atau komersial turun sekitar 11,95%. "Secara nominal, total penjualan rumah nonsubsidi lebih besar jika dibandingkan dengan rumah subsidi sehingga angka agregat secara keseluruhan penjualan properti hanya tumbuh sekitar 5%."

Sementara itu, nilai outstanding KPR/KPA yang tercatat di Bank Indonesia per September 2016 hanya tumbuh 6,78% secara year on year. Itu lebih rendah ketimbang pertumbuhan nilai outstanding KPR/KPA periode yang sama pada 2015 yang tercatat tumbuh 7,8%.

Eddy menilai, pada 2016, pemerintah berhasil menahan perlambatan penjualan properti tidak turun lebih dalam dengan sejumlah kebijakan yang dikeluarkan melalui Paket Kebijakan Ekonomi (PKE) maupun di luar PKE.

"Jika pemerintah tidak mengambil langkah-langkah cepat dan tepat, mungkin perlambatan ekonomi kita bisa lebih dalam dan pasti akan memengaruhi sektor properti juga," kata Eddy. (S-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya