Headline

Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan

Fokus

Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.

Senyum Lebar juga Jadi Daya Tarik

Anastasia Arvirianty/ E-1
25/9/2015 00:00
Senyum Lebar juga Jadi Daya Tarik
(MI/SENO)
SINGAPURA boleh saja memegang gelar 'kota paling mahal sedunia', karena biaya hidup yang mahal.

Namun, para ekspatriat justru banyak yang memilih Singapura sebagai tempat tingal dan bekerja.

Dalam survei yang dirilis HSBC baru-baru ini, ekspatriat atau pekerja asing sangat memuji negara dengan julukan 'Negeri Seribu Satu Larangan' tersebut.

Pujian mencakup gaji yang menarik, kesempatan pengembangan karier, dan kualitas hidup.

Daya tarik Singapura tersebut mengalahkan hal-hal minus tentang Singapura, seperti iuran air yang mahal dan biaya transportasi yang besarnya tiga kali lipat dari New York, AS.

Lebih dari seperempat ekspatriat yang menjadi responden survei Expat Explorer 2015 itu mengatakan mereka masih bisa menerima pendapatan lebih dari US$200 ribu per tahun.

Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang diperoleh 13% ekspatriat global.

Penaikan gaji atau kesempatan untuk maju dalam karier sering menjadi insentif besar untuk pindah ke luar negeri.

Kendati begitu, jumlah ekspatriat bepergian ke negara-negara baru lebih karena alasan pribadi ketimbang keuangan cenderung naik.

Tiga dari lima orang yang disurvei mengatakan mereka tidak mengalami peningkatan langsung dalam gaji mereka.

Namun, lebih dari setengah, yaitu 53%, mengatakan kualitas hidup mereka telah meningkat setelah pindah.

Bila berbicara masalah peningkatan kesejahteraan, Selandia Baru, Spanyol, dan Portugal ternyata menjadi negara tujuan yang paling menarik.

Adapun Swedia cocok bagi mereka yang berkeluarga karena pilihan untuk anak berkembang cukup tinggi, dan relatif mudah mengatur sekolah.

Survei juga membuktikan Selandia Baru, Swedia, Bahrain, dan Jerman menempati posisi lima teratas negara tujuan bagi ekspatriat secara keseluruhan.

Kemudian, Mesir, Italia, dan Brasil berada di posisi tiga terbawah.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Sampai saat ini, sayangnya, Indonesia masih berada di urutan ke-33 dari 39 daftar negara yang disurvei.

Pendiri Internations Malte Zeeck mengungkapkan kesejahteraan dan kualitas hidup bukan satu-satunya yang membuat ekspatriat betah.

"Sesuatu yang juga kita nilai tinggi ialah bagaimana penduduk yang ramah terhadap orang asing dan betapa mudahnya untuk menetap di sana," ujar Zeeck, seperti dikutip BBC.com, awal pekan ini.

Survei HSBC tidak memperhitungkan masalah-masalah seperti hak asasi manusia, yang menurut Human Rights Watch tetap tergolong 'sangat bermasalah' di Bahrain.

Negara itu ada di urutan empat dalam peringkat negara favorit para ekspatriat.

Berdasarkan penilaian Human Rights Watch, level Uni Emirat Arab (UEA) dalam menjamin hak asasi manusia tergolong 'masalah serius'.

Sebaliknya, para ekspatriat malah menempatkan UEA dalam di urutan ke sembilan negara terpopuler untuk tempat tinggal dan bekerja bagi pekerja asing.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya