Headline

Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.

Fokus

Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.

Impian Tertunda hingga 2022

Insan Akbar Krisnamusi
17/9/2015 00:00
Impian Tertunda hingga 2022
()
GOYAHNYA kondisi ekonomi, yang berdampak pada mengerdilnya pertumbuhan penjualan mobil di Indonesia tahun ini, menggulirkan 'efek bola salju' lanjutan bagi industri otomotif. Cita-cita bersama antara pemerintah dan industri otomotif, yakni penjualan mobil 1,9 juta unit pada 2020, pun hampir pasti buyar. Impian tersebut telah diejawantahkan dalam Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) No 123/2009 mengenai Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Kendaraan Bermotor. Isinya tegas: lima tahun dari sekarang, penjualan roda empat ditargetkan 1.971.000 unit ditambah ekspor 622.000 unit. Namun, apa daya, sepanjang tahun ini penjualan otomotif memble.

Berdasarkan informasi yang dikumpulkan Media Indonesia dari para pabrikan sepanjang 8 bulan berjalan, transaksi jual-beli pada 2015 terpengaruh melemahnya nilai tukar rupiah yang mencapai kisaran 14.000 per US$, harga komoditas yang buruk, kondisi politik fluktuatif, suku bunga acuan tinggi, sampai kepercayaan diri rendah konsumen. Penjualan pada Januari-Agustus saja, jika menilik data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), turun 19,09% menjadi 671.641 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Gaikindo pun sejak awal Agustus telah merevisi target resmi industri roda empat tahun ini dari 1-1,050 juta unit menjadi 950 ribu-1 juta unit (wholesales), turun 17%-21% dari 2014. Itu merupakan revisi ketiga yang dilakukan Gaikindo dalam kurun waktu 8 bulan ini. Di sisi lain, kuantitas ekspor, menurut perkiraan dari Ketua Umum Gaikindo Sudirman Maman Rusdi dalam beberapa pertemuan pada Agustus lalu di Jakarta dan Serpong, masih berkutat di angka 200 ribu unit. Syahdan, bobot industri otomotif domestik plus ekspor pada Tahun Kambing Kayu ini diperkirakan cuma 1,150-1,2 juta unit.

Padahal, menurut peta panduan, semestinya tahun ini jumlahnya 1.530.000 unit, dengan 1.224.000 unit di antaranya datang dari penjualan domestik. "(Target dalam peta panduan) kemungkinan akan bergeser," tandas Sudirman kemudian. Dengan asumsi bahwa tahun depan kondisi ekonomi masih tak jauh berbeda dari tahun ini, Sudirman memperkirakan transaksi komersial 1,9 juta unit baru dapat tergapai pada 2022. Menteri Perindustrian Saleh Husin mengakui peta panduan edisi 2009 mesti direvisi. "Kami bersama Gaikindo sedang dalam proses menuju pembicaraan. Nanti peta panduan akan kami revisi bersama," pungkasnya, penghujung Agustus di Serpong.

Karakter pasar

Sudirman mengatakan, berdasarkan rekam jejak, pertumbuhan ekonomi di atas 5% menjadi salah satu syarat percepatan menuju 1,9 juta unit. "Lihat pengalaman 2006-2013. Pada saat pertumbuhan ekonomi rata-rata 6%, penjualan mobil tumbuh 24,3% selama 7 tahun," paparnya. Hampir senada dengan itu, General Manager Strategi Pemasaran dan Perencanaan Produk PT Nissan Motor Indonesia Budi Nur Mukmin menerangkan di Indonesia pertumbuhan ekonomi turut menggambarkan seberapa besar konsumsi domestik. Hal ini karena 60%-70% dari struktur pendapatan nasional negeri ini datang dari konsumsi.

"Ketika pendapatan nasional tinggi, artinya masyarakat berbelanja dan pasar bergairah," tandasnya bulan lalu di sela-sela GIIAS 2015. Budi menaruh harapan pada karakteristik yang hanya ada pada konsumen Indonesia yang dia sebut pend up demand. "Ketika kondisi ekonomi memburuk, semua menahan. Namun, begitu keadaan ekonomi membaik, semua berbelanja. Ini terjadi dua kali, yaitu pada krisis 1998 sewaktu penjualan 58 ribuan dan 2006 saat penjualan 300 ribuan," jelasnya. "Saat keadaan membaik pada 1999 dan 2000, loncatan penjualan cepat sekali, juga pada 2007 dan 2008," sambung Budi.

Berdasarkan penelusuran Media Indonesia, kala krisis 1998 industri otomotif cuma berhasil melego 58.311 unit. Pada 1999, angka tersebut tumbuh 60,55% menjadi 93.618 unit. Pada 2000 raihan industri otomotif bahkan melangit 214,66% menjadi 294.578 unit jika dikomparasi dengan setahun sebelumnya. Adapun penjualan pada 2007 tumbuh 36,24% menjadi 434.473 unit jika dibandingkan pencapaian sewaktu krisis 2006. Penjualan dari 2007 ke 2008 lalu naik 39,89% menjadi 607.805 unit. Direktur Pemasaran PT Honda Prospect Motor Jonfis Fandy menilai kemajuan industri otomotif sejak 2012 turut ditopang regulasi pemerintah yang melahirkan segmen low cost green car (LCGC).

Ia berpikir tidak mustahil dalam 5 tahun ke depan ada regulasi yang menciptakan segmen kendaraan baru demi mendorong perkembangan industri. "Yang penting pemerintah membuat peraturan yang konsisten, terencana, terukur sehingga kami sebagai agen pemegang merek tahu tujuannya ke mana, investasi apa yang harus dilakukan," kata Jonfis. Ya, intinya memang bukan soal perlu tidaknya peta panduan itu direvisi, melainkan kesiapan perencanaan dan konsistensi. Tanpa itu, sudah bisa ditebak, impian industri untuk memompa penjualan mobil hingga 2 juta unit per tahun bakal makin tertunda-tunda.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya