Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
OTOTRITAS Jasa Keuangan (OJK) masih menimbang revisi rencana bisnis bank (RBB) akibat masih loyonya performa penyaluran kredit industri perbankan. Dari RBB semula, diproyeksikan ada pertumbuhan kredit 11% untuk 2016.
Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad mengatakan pihaknya masih akan mengevaluasi hingga akhir bulan ini untuk menentukan target pertumbuhan kredit industri hingga akhir tahun. “Saya tunggu akhir September, saya sedang evaluasi implementasi RBB dari setiap bank,” katanya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, kemarin.
Berdasarkan data Bank Indonesia, kredit perbankan umum pada Juli 2016 tercatat Rp4.168,4 triliun atau tumbuh 7,7% (year on year/yoy). Laju itu lebih rendah ketimbang bulan-bulan sebelumnya yang berkisar 8% (yoy). Setelah sempat melonjak menjelang Lebaran, permintaan kredit kemudian kembali melambat.
Data itu menjadi dasar bagi bank sentral untuk memprediksi pertumbuhan kredit tidak akan menembus 10% hingga akhir tahun, hanya 7%-9%. Adapun penyaluran kredit year-to-date (Januari-Juli) masih kurang dari 3%. Kredit diperkirakan baru membaik awal tahun depan, yakni saat dana repatriasi dari program amnesti pajak telah membanjiri pasar domestik.
Muliaman mengemukakan pihaknya masih perlu berhitung untuk menetapkan target ekspansi kredit berdasarkan RBB yang masuk sesuai dengan Surat Edaran OJK No 25/SEOJK.03/2016 tentang Rencana Bisnis Bank Umum (RBB) yang telah diedarkan OJK pertengahan bulan lalu.
“Year-to-date memang masih rendah, tapi berapa rendah dan berapa yakin? Karena kalau RBB jalan, rencananya sekitar 11%, kalau tidak jalan kan harus dievaluasi,” lanjut Muliaman.
Menurut dia, kesulitan mengejar target ekspansi kredit itu khususnya dialami bank-bank kecil. “Bank besar malah lebih tinggi daripada target. Yang banyak bank menengah kecil yang revisi ke bawah,” lanjutnya.
Walakin, ia optimistis perlambatan kredit sudah melewati fase terberatnya, sehingga, meski tumbuh lambat, kredit tetap diperkirakan berangsur pulih hingga akhir tahun.
Realistis
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengungkapkan target pertumbuhan kredit BCA pada tahun ini kembali direvisi menjadi 7%-8% dari 11%. Perubahan tersebut turun ketimbang revisi pertama yang diubah dari 10% menjadi 10,5%-11%. “Saya sudah lihat potensi (pertumbuhan kredit) cuma sekitar 7%-8%,” ucap Jahja saat dihubungi Media Indonesia, kemarin.
Namun, BCA tidak akan merevisi rencana bisnis bank (RBB) 2016, meski target pertumbuhan kredit diturunkan. Pasalnya, revisi RBB 2016 sudah dilakukan bank Buku IV itu pada Juni lalu. Dia menjelaskan, revisi target pertama dilakukan karena selama kuartal II 2016, pertumbuhan kredit BCA terpantau bertumbuh.
Sayangnya, mulai Juli hingga Agustus 2016, penyaluran kredit kembali menurun. “Jadi harus realistis. Kuartal II pertumbuhan pinjaman baik sekali, lalu kita optimistis bisa sekitar 11% waktu itu. Namun, Juli dan Agustus menurun kembali. Karena RBB hanya boleh sekali direvisi, jadi ya tidak bisa direvisi lagi,” terangnya.
Sementara itu, Dirut Bank Syariah Mandiri (BSM) Agus Sudiarto mengatakan selama semester I lalu, pembiayaan BSM baru tumbuh 4,5% dari periode serupa di tahun lalu. Walakin, pihaknya memang sudah memasang target pertumbuhan pembiayaan yang relatif konservatif untuk tahun ini, yaitu hanya sekitar 7%.
Pengamat ekonomi David Sumual memperkirakan relaksasi rasio nilai pinjaman dari aset (loan to value/LTV) kredit perumahan dan kebijakan amnesti pajak dapat membantu pertumbuhan kredit perbankan pada tahun ini mendekati dua digit.
David mengestimasi kredit perbankan hingga akhir tahun dapat tumbuh di kitaran 8%-10%. Kebijakan pelonggaran LTV, yang membuat beban uang muka KPR lebih rendah, ditambah ekspansi kredit karena amenesti pajak, bisa membuat kredit perbankan tumbuh 10%. (Jes/Ant/E-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved