Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
HARGA minyak dunia yang belum meningkat signifikan ditengarai menjadi salah satu penghambat laju eksplorasi dan produksi, selain cadangan minyak dan kondensat berikut gas yang diprediksi terus menurun. Hal itu masih ditambah dengan tidak adanya proyek pengembangan lapangan minyak bumi yang besar hingga 2020, yang akan menahan laju produksi terjual (lifting) migas nasional.
”Laju penurunan produksi di 2016 sekitar 10,5%, tapi kita akan terus menjaga laju produksi dengan mengembangkan 120 sumur dan perawatan 14 ribu sumur,” tutur Presiden Direktur Chevron pacific Indonesia Albert Simanjuntak dalam rapat kerja bersama Komisi VII DPR dan SKK Migas di Jakarta, kemarin.
Sebagai salah satu kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) andalan lifting migas nasional, Chevron mengandalkan produksi Blok Rokan Riau yang dipatok 228.000 barel per hari (bph) dalam RAPBN 2017, turun dari target 2016 sebesar 250.900 bph. Masa kontrak Blok Rokan yang akan berakhir 2021 juga dibayangi menurunnya keekonomian sumur. Bahkan di 2017 laju penurunan produksi diperkirakan mencapai 11,7%.
Lapangan lain yang berkontribusi besar, yakni Blok Mahakam, juga diprediksi turun signifikan hingga 76.000 barel setara minyak per hari (boepd). Pun, target 2016 di lapangan migas yang akan segera dikelola PT Pertamina (persero) sebesar 273.000 boepd diproyeksikan hanya mencapai 196.400 boepd.
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan telah menyiapkan sejumlah strategi, di antaranya memperhatikan keekonomian wilayah kerja. Perkiraan setiap tahun, terdapat 300-450 pengeboran pengembangan, 800-1.000 kerja ulang sumur (workover), dan lebih dari 30 ribu pemeliharaan sumur (well service).
Setidaknya ada empat proyek yang dijadwalkan berproduksi di 2017, yakni Madura BD, Cikarang Tegal Pacing, Jangkrik, dan Jangkrik NE yang bakal menambah produksi minyak 6.180 bph dan gas 316 juta kaki kubik per hari (mmscfd). “Penerapan teknologi tepat guna pengeboran dan optimasi produksi harus diperhatikan.”
Wakil Ketua Komisi VII DPR Satya Widya Yudha menggarisbawahi penurunan lifting dipengaruhi tiga faktor utama. Mulai ketidakpastian perpanjangan kontrak (PSC) terhadap wilayah kerja yang diterminasi, anjloknya harga minyak dunia, hingga kondisi lapangan yang kian menua. (Tes/E-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved