BADAN Pengelolaan Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit memprediksi target produksi 40 juta ton per tahun dapat terealisasi sebelum tenggat 2020.
"Kami optimistis, pada 2018, produksi CPO (crude palm oil) sudah 40 juta ton," ujar Kepala BPDP Kelapa Sawit Bayu Krisnamurthi, di Jakarta, kemarin (Kamis, 21/7).
Tahun lalu, produksi CPO tanah Air ialah 32,5 juta ton, naik sekitar 1 juta ton daripada tahun sebelumnya. Tahun ini, angka produksi diperkirakan menembus 33 juta ton. Sebagai pembaruan Visi Sawit Indonesia 2020, pihaknya mencanangkan Visi Sawit Indonesia 2045. Salah satu targetnya menggeber produksi CPO hingga 60 juta ton per tahun.
Bayu tidak khawatir diperpanjangnya moratorium izin baru lahan sawit yang akan berlangsung 5 tahun bakal mengganjal target itu. "Itu bukan sesuatu yang baru," ujar Bayu merujuk pada keputusan moratorium serupa pada 2011.
Menurut dia, produsen sawit bisa menyikapinya dengan memacu produktivitas lahan eksis. Masih banyak perkebunan yang produktivitasnya baru 1 ton per hektare (ha). Padahal, potensi riilnya 7 ton per ha. "Lemahnya produktivitas perkebunan rakyat karena masalah pembibitan. Tanamannya ada 10 tahun, 15 tahun, tapi produksinya rendah."
Faktor penghambat produktivitas lainnya ialah usia tanaman. Tanaman sawit yang sudah di atas 30 tahun harus diremajakan. Namun, yang meremajakan baru perusahaan swasta besar. "Itu bisa diselesaikan dengan memberikan pedampingan dan pelatihan ke petani. Hingga Juli, BPDP sudah melatih 6.000 petani."
Guna membiayai semua upaya peningkatan produktivitas sawit Tanah Air, BPDP menghimpun dana pungutan ekspor CPO dan turunannya dari eksportir. "Penyerapan dana Juli hingga Desember 2015 Rp6,9 triliun. Periode Januari-Juni 2016 ada Rp5,6 triliun," tutur Bayu.
Sementara itu, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Kementerian Pertanian bersiap menggelar Festival Buah dan Bunga Nusantara Internasional yang akan dihelat di Jakarta pada medio November esok.
Menurut Ketua Penyelenggara FBBN Internasional 2016 Meika S Rusli, festival yang digagas IPB selama tiga tahun berturut-turut itu skalanya ditingkatkan ke level internasional.
"FBBN bertaraf internasional diselenggarakan dengan mengeksplorasi kekayaan buah dan bunga Nusantara serta mempromosikan potensi ekspor ke mancanegara," ungkap Meika di Bogor, kemarin. (Pra/DD/E-2)