Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Amunisi Tidak Cukup Kuat, IHSG Masih akan Tertekan

Fetry Wuryasti
10/1/2023 17:25
Amunisi Tidak Cukup Kuat, IHSG Masih akan Tertekan
Ilustrasi.(ANTARA)

MIRAE Asset Sekuritas memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk Januari berada di level support 6.739. Namun pada penutupan perdagangan Selasa (10/1) pergerakan indeks sudah menembus level 6.622,49 (-0,98%) dari penutupan kemarin di level 6.687, dengan sempat terendah di level 6.570,24.

Seluruh sektor mengalami pelemahan dengan sektor energi mengalami pelemahan terdalam mencapai -7,8% dan diikuti konsumen non-primer sebesar -5,14%, infrastruktur sebesar -4,89%, keuangan sebesar -4,47%, industri sebesar -4,15%.

Baca juga: WIR Group Gandeng EIGER di World Economic Forum 2023

Seluruh sektor yang mengalami pelemahan mengindikasikan bahwa lesunya pasar saham di dalam negeri mengikuti prospek perlambatan ekonomi global yang dinilai turut mempengaruhi potensi pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Pada saat yang sama, Bank Indonesia merilis survei penjualan ritel yang turun menjadi 1,3% pada November 2022 dari sebelumnya 3,7%. Tren penurunan penjualan ritel yang berlanjut mengindikasikan lesunya permintaan konsumen. Ini dipengaruhi oleh pelemahan daya beli masyarakat yang belum diikuti kenaikan pendapatan.

Dengan amunisi yang kurang mendukung, Mirae Asset melihat tren pergerakan IHSG masih akan tertekan. Senior investment information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta mengatakan level IHSG yang ditetapkan sebelumnya pada support 6.560 atau 6.559 adalah pada saat skenario IHSG melemah, dari faktor perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang dianggap berisiko bagi pelaku pasar dan potensi resesi.

“Kinerja emiten berkapitalisasi besar yang juga terkoreksi harganya turut menjadi faktor yang menekan IHSG. Di sisi lain harga komoditas juga menunjukan tren turun karena efek booming harga (windfall profit) mulai memudar dari IHSG dan membuat indeks tertekan,” kata Nafan di Jakarta, Selasa (10/1).

Adapun selama 10 tahun terakhir sebelum 2022, IHSG umumnya selalu naik 3% pada bulan Desember. Sedangkan di Desember 2022 indeks terkoreksi 3%, penurunan pertama dalam 21 tahun terakhir.

Pelaku pasar sementara ini menunggu rilis kinerja dari emiten di kuartal IV-2022 dan data makroekonomi, untuk menjadi pertimbangan, bila emiten bisa menghasilkan pertumbuhan dari titik rendahnya, berarti perusahaan memiliki fundamenta lbagus, dan investor bisa merayakan akumulasi dari pembelian saat harga rendah.

Senior investment information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Martha Christina mengatakan Nilai jual bersih asing tercatat sudah Rp 1,7 triliun pada pekan pertama Januari 2023, menyusul dari Rp 19,5 triliun sepanjang Desember 2022.

Aliran modal asing yang keluar, terutama juga akibat dari pembukaan kembali market Tiongkok, yang sepanjang 2022 telah turun 21%. Ini membuat valuasi saham mereka cukup murah, sehingga terjadi potensi perpindahan arus dana dari Indonesia ke Tiongkok. Selain itu, investor asing melakukan aksi profit taking karena selama 2022 IHSG masih tumbuh sekitar 4%, dibandingkan dengan bursa negara-negara maju yang minus.

“Sehingga wajar portofolio asing yang positif di Indonesia, direalisasikan keuntungannya,” kata Martha.

Aliran modal yang keluar juga berdasarkan ekspektasi ekonomi Indonesia akan melambat tahun 2022 berada di bawah 5%, yang dipresentasikan oleh IMF. Semua ini menjadi faktor penekan IHSG.

“Pengetatan moneter, membuat pelaku pasar melihat awan mendung masih akan melanda ekonomi di 2023,” kata Martha.

Maka pilihan investor beralih kepada saham yang bersifat defensif, seperti saham sektor kesehatan, dan barang konsumer primer yang lebih tahan terhadap perlambatan ekonomi. Sektor perbankan juga dipilih seiring dengan tren kenaikan suku bunga yang akan meningkatkan pertumbuhan kredit dan Net Interest Margin (NIM) bank, dan menghindari sektor teknologi. 

Investor juga melirik kepada sektor non-cyclical alias barang konsumer primer seiring dengan dimulainya pre election, yang umumnya akan mendorong konsumsi, dan kebijakan-kebijakan yang mendukung pasar dan pertumbuhan.

Posistifnya, penurunan IHSG saat ini tidak didukung oleh volume perdagangan yang masif. Artinya investor masih cenderung wait and see, menantikan keputusan suku bunga The Fed pada awal Februari.

“Maka IHSG diperkirakan masih akan dalam pola sideways bergerak terbatas hingga di akhir Januari,” kata Martha. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik