Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Nicke: BBM Pertamina Masih di Bawah Harga Pasar

Insi Nantika Jelita
03/1/2023 13:12
Nicke: BBM Pertamina Masih di Bawah Harga Pasar
Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati (Ist)

Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menjelaskan harga jual produk bahan bakar minyak (BBM) Pertamina masih di bawah harga pasaran. Ia mengungkapkan, harga jual bensin dengan nilai oktan 90 setara Pertalite oleh pihak swasta dipatok Rp12.600 hingga Rp14.050 per liter. Sementara, yang dijual Pertamina masih Rp10 ribu.

Lalu, BBM RON 92 yang dijual oleh Shell paling tinggi sebesar Rp14.180 per liter, sedangkan harga BBM Pertamax Pertamina menurun dari Rp13.900 menjadi Rp12.800 per liter. Harga ini sama dengan SPBU Vivo (PT Vivo Energy Indonesia) BBM jenis Revvo 92.

"Kita itu menjual BBM jauh dari harga pasar. Pertalite dari kompetitor dijual dari 12 ribuan, kita masih bertahan harganya. Untuk Pertamax kita turunkan, bersaing dengan kompetitor lain," kata Nicke di SPBU Pertamina MT Haryono, Jakarta, Selasa (3/1).

Dirut Pertamina menerangkan, penurunan harga Pertamax mengikuti perkembangan harga minyak dunia yang turun dari US$87 per barel menjadi US$ 79 per barel.

Ia menambahkan, selama delapan bulan dari Januari hingga Agustus 2022, pemerintah menekan harga BBM Pertamina tidak naik signifikan di tengah harga minyak dunia melonjak.

"Jadi ketika harga minyak naik, kita masih mempertahankan harga Pertamax. Ini menjadi beban pemerintah melalui Pertamina (mensubsidi) Rp10 triliun untuk menahan harga tidak naik selama delapan bulan," tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan penurunan harga Pertamax sebagai upaya sinkronisasi dengan harga pasaran dan harga minyak dunia. Namun, untuk BBM subsidi, Pertalite dan Solar, pemerintah tetap berkomitmen untuk memberikan subsidi sehingga harganya tidak berubah.

"Kita harus sinkronisasi karena kalau ada perubahan harga pertamina yang terdampak karena merupakan market yang paling besar turunannya. Kita juga pastikan harga kompetitor berapa, akan kita samakan bahkan bisa lebih rendah," pungkasnya.

Menurut Erick, yang terpenting saat ini ialah memastikan agar BBM subsidi benar-benar tepat sasaran. Ia juga terus mengawal kerja sama Pertamina dengan PT Telkom Indonesia dalam memperbaiki dan mengembangkan digitalisasi SPBU. (OL-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati
Berita Lainnya