Headline

Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.

Menanti Ikan Bisa Dijaminkan

Fario Untung
14/2/2015 00:00
Menanti Ikan Bisa Dijaminkan
(Dok. Mahbudin Koto)
PESISIR Sumatra Barat yang kaya akan tuna, cakalang, hingga ikan hias. Ikan yang diambil melalui kapal ataupun jaring alias dibudidayakan sama-sama punya potensi buat memakmurkan nelayan.

Namun, dibutuhkan pengungkit yang terjangkau buat mereka untuk memaksimalkan ikhtiar mengoptimalkan kekayaan isi laut. Salah satu pengungkit itu, kata Mahibuddin Koto, pembudi daya benih ikan laut di Teluk Mandeh, Painan, Sumatra Barat, ialah pinjaman dana yang mudah diakses.

"Kalau budi daya seperti kita ini memang butuh modal yang cukup besar di awal kerja. Untuk memutarkan uang, juga butuh waktu yang cukup lama karena kita harus menunggu ikan yang kami budi dayakan itu menjadi besar," ucap Mahibuddin yang ditemui Media Indonesia seusai diskusi Prospek Ekonomi Indonesia 2015: Peluang dan Tantangan Sektor Kemaritiman di Jakarta, Selasa (10/2).

Mahibuddin mengaku tak sabar menanti tindak lanjut permintaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada pihak perbankan untuk lebih berpihak kepada para pebisnis sektor maritim.

Kredit tak bagus
Deputi Komisioner Pengawasan Perbankan OJK Irwan Lubis, pada acara itu, mengakui tipisnya kucuran kredit yang selama ini diterima mereka yang bergerak di laut dan olahan itu juga terkait dengan kelamnya jejak yang selama ini ditinggalkan.

"Risiko kredit macet di sektor ini sangat tinggi sehingga perbankan sangat hati-hati memberikan kreditnya. Pada 2014 lalu kredit macet atau non-performing loan (NPL) di sektor maritim mencapai 11%, sedangkan NPL secara rata-rata secara nasional hanya 2,28%," kata Irwan.

Namun, lanjut Irwan, potensi di sektor kemaritiman juga tak bisa dianggap enteng. "Kita negara maritim, jadi mestinya perbankan harus berminat dan mau masuk ke sektor ini. Saya rasa selama 10 tahun ini perbankan yang menyalurkan kredit ini stagnan dan hanya di kisaran 2,36% saja kreditnya, enggak nambah-nambah," tegas Irwan.

Maka, seruan pun dikeluarkan OJK. Pada 2015, kata Irwan, pihaknya meminta perbankan meningkatkan penyaluran kreditnya di sektor maritim sekitar 50% dari realisasi tahun lalu atau mencapai Rp130 triliun.

Sulit jaminan
"Banyak pengusaha sektor maritim di daerah, termasuk di wilayah kami, yang kurang mendapat kepercayaan dari perbankan untuk mendapatkan kredit. Jadi langkah OJK itu sangat bagus. Kita para pengusaha di daerah sudah menunggu. Karena memang permasalahan utama di sektor ini adalah masalah permodalan," ujar Mahibuddin.

Mahibuddin mengaku kendala utama para pelaku usaha perikanan mendapat kucuran dana perbankan ialah jaminan yang harus disediakan. "Sulit bagi kami jika diminta jaminan dalam bentuk fisik. Apa yang bisa kita jaminkan, tentu ya budi daya ikan itu sendiri. Namun, terkadang bank tidak mau kalau kita jaminkan ikannya karena mereka bilang kalau ikannya mati atau terbawa oleh arus air, bagaimana?" keluhnya.

Jika seruan OJK itu kemudian ditindaklanjuti dalam berbagai regulasi dan kebijakan, keraguan bank bisa ditepis dan kolam-kolam budi daya juga kapal-kapal nelayan akan makin bergairah mengarungi laut.

"Sebab, selain potensi kami sangat besar, ada juga pengusaha di daerah kami yang gulung tikar karena kekurangan permodalan," kata Mahibuddin. (M-1)

[email protected]



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya