Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Mendirikan Pojok Gotong Royong

Fathurrozak
17/2/2022 06:10
Mendirikan Pojok Gotong Royong
Proses produksi tepung mocaf.(Dok. Rumah Mocaf Indonesia)

SEBAGAI salah satu upaya untuk turut memaksimalkan upaya UMKM-UMKM di Banjarnegara bisa masuk digital, Rumah Mocaf Indonesia turut menginisiasi Ruang UKM Banjarnegara yang dinamai Pojok Gotong Royong. Tempat itu menjadi semacam ruangan bersama (coworking space) untuk mentransfer ilmu ke para pelaku UMKM di Banjarnegara. Dari cara mengurus perizinan, lisensi, pengemasan, dan literasi keuangan.

Inisiasi itu dimulai dari gerakan Fotomatis (foto produk dan promosi gratis) dari Rumah Mocaf sebagai respons di masa pandemi untuk membantu para UMKM. Peminatnya pun cukup banyak sampai 460-an UMKM dengan berbagai produk di Banjarnegara.

“Dari situ lalu sering bikin kelas-kelas dan acara terkait akselerasi UMKM. Ada banyak ahli digital marketing, desain grafis, foto yang sharing ilmu. Kami juga bikin semacam inkubasi. Jadi, mereka yang mau konsultasi pun bisa. Ruang UKM Banjarnegara jadi semacam learning center,” kata CEO Rumah Mocaf Indonesia, Riza Azyumarridha Azra, saat berbincang dengan Media Indonesia melalui konferensi video, Selasa (15/2).

Riza berharap kegiatan itu dapat menjadi duplikasi apa yang sudah dilakukan Rumah Mocaf Indonesia sehingga UMKM-UMKM yang ada di Banjarnegara pun bisa ikut naik kelas. Selain itu, nantinya Ruang UKM Banjarnegara juga akan menjembatani pemasaran produkproduk mereka, ‘menumpang’ gudang milik Rumah Mocaf yang rencananya bakal disediakan di Jakarta.

“Sehingga nanti bisa kirim barengbareng ke Jakarta. Tim digital marketing di Ruang UKM Banjarnegara atau Pojok Gotong Royong melakukan tugas pemasaran mereka, pick-up-nya di gudang di Jakarta.”

Dampak lain yang juga muncul kini Rumah Mocaf menjadi semacam role model bagi produk singkong dan mocaf. Tiap bulannya banyak berdatangan berbagai pihak yang tertarik untuk belajar mengenai produk mereka juga mekanisme bisnis yang berjalan.

“Itu malah jadi poin yang kami perhatikan dan harapkan karena justru aneh ketika ada produk yang tidak ada kompetitor yang bergeliat untuk membuat, berarti produknya patut dipertanyakan. Ketika Rumah Mocaf muncul, banyak yang dulu-dulu sudah ada dan sempatmati kini bertumbuhan lagi di daerah lain. Ini menarik sekali. Pertama, pertanian jadi hal seksi di kalangan anak muda. Kedua, singkong ketika di tangan anak muda, ketika konsep bisnisnya sesuai dan dilakukan digitalisasi, bisa menghidupi banyak orang.”

Hal itu yang menarik bagi Riza karena singkong yang bagi sebagian besar dianggap sebagai makanan pinggiran ternyata ketika didesain dengan strategi digital bisa memunculkan perspektif baru. Meski begitu, saat ini yang juga masih menjadi catatannya ialah pekerjaan rumah untuk mengedukasi ke warga opsi tepung mocaf sebagai substitusi tepung terigu yang saat ini secara dominan masih impor. (Jek/M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya