Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

PLTA Saguling dan Rajamandala Penopang Kelistrikan Jawa-Bali

Insi Nantika Jelita
15/11/2021 20:16
PLTA Saguling dan Rajamandala Penopang Kelistrikan Jawa-Bali
PLTA Saguling(Dok.Indonesia Power)

PEMBANGKIT Listrik Tenaga Air (PLTA) Saguling dan Rajamandala yang berada di Jawa Barat berperan penting dalam keandalan listrik di Jawa dan Bali. Hal itu terbukti saat terjadi blackout pada 2019.

Ketika itu, listrik di sebagian Jawa padam serentak akibat gangguan sistem transmisi 500 kilovolt di Ungaran dan Pemalang. Saat dilakukan sistem blackstart atau pemulihan usai blackout(pemadaman listrik), hanya dibutuhkan waktu 15 menit.

"Blackout di 2019 itu kan akibat dari transmisi. Kami komando langsung, kita kontak Saguling lalu kita energize (pemberian tegangan pertama). Cukup 15 menit untuk menormalisasikan usai blackout," papar Direktur Utama Indonesia Power M. Ahsin Sidqi di kantor PLTA Saguling, Kamis (11/11).

Berkapasitas 700,72 Megawatt (MW), PLTA Saguling berkontribusi sebesar 2,5% dari sistem Jawa-Bali yang memiliki total kapasitas 27.700 MW.
Ahsin menjelaskan, pengoperasian PLTA ini terbilang mudah karena petugas cukup membuka keran pipa untuk mengalirkan air dari waduk untuk menggerakkan turbin, sehingga listrik menyala. Cara ini dianggap berbeda dengan pembangkit lain yang terlebih dulu membuka pompa dan melakukan pemanasan. "PLTA ini jadi andalan karena mudah mengoperasikan. Tinggal buka saja kerannya, langsung nyala listriknya," ucap Ahsin.

Beroperasi sejak 1985 alias sudah 36 tahun, pembangkit yang dikelola dan dioperasikan oleh PT Indonesia Power (IP) sebagai anak usaha PLN ini dinilai unggul dalam hal pengaturan frekuensi sistem dengan menerapkan load frequency control (LFC). PLTA yang memasok kebutuhan Cibinong, Cirata dan Bandung Selatan tersebut akan dialihkan ke jaringan Jawa dan Bali.

Pembangkit jenis hidro ini pun memanfaatkan energi baru terbarukan. Anak perusahaan PLN itu menerapkan program biomass operating system of Saguling (BOSS), dengan memanfaatkan sampah dan eceng gondok yang terbawa dari aliran sungai Citarum menjadi bahan bakar pembangkit listrik (briket).

"Upaya ini bisa menjadi alternatif alih bagi petani keramba jaring apung di perairan waduk Saguling agar bisa dimanfaatkan menjadi briket," ucap General Manager Saguling Power Generation Operation and Maintenance Services Unit (POMU) PT Indonesia Power Rusdiansyah.

Dengan total kapasitas terpasang mencapai 844,36 MW, PLTA Saguling ditopang oleh tujuh sub-unit, serta 1 unit jasa operasi dan pemeliharaan pembangkit untuk menjaga keandalan pasok listrik.

Sub unit tersebut antara lain, Sub Unit PLTA Bengkok dan Dago 3,85 MW (Kab. Bandung), Sub Unit PLTA Plengan 6,87 MW (Kab. Bandung), Sub Unit PLTA Lamajan 19,56 MW (Kab. Bandung), Sub Unit PLTA Cikalong 19,20 MW (Kab. Bandung), Sub Unit PLTA Ubrug 18,36 MW (Kab. Sukabumi), lalu satu unit jasa operasi dan pemeliharaan pembangkit yaitu PLTA Rajamandala 47MW (Kab. Cianjur) dan lainnya.

PLTA Rajamandala
Selain di PLTA Saguling, Indonesia Power juga mengandalkan PLTA Rajamandala sebagai penopang listrik di Jawa dan Bali. Pembangkit ini memiliki kepasitas 47 Megawatt (MW) yang beroperasi sejak Mei 2019.

Pembangkit yang berlokasi di Desa Cihea, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur ini mampu memproduksi listrik 496 Megawatt hour (MWh) per hari dan 181 Gigawatt hour (GWh) per tahun.

Ahsin menuturkan, PLTA Rajamandala merupakan pembangkit dengan teknologi modern hasil kerja sama antara IP dengan kepemilikan saham sebesar 51% dan Kansai Electric Power Company sebesar 49% yang menjadi PT Rajamandala Electric Power.

"PLTA Rajamandala ini menjadi bagian program <i>renewable energy<p> (energi terbarukan) yang dicanangkan PLN sesuai dengan Rencana Usaha Penyedia Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2019-2028," tutur Ahsin.

Sebagai pembangkit modern, PLTA Rajamandala memanfaatkan aliran sungai Citarum yang merupakan keluaran dari PLTA Saguling dengan menggunakan turbin vertikal kaplan.

Listrik dari pembangkit yang menyerap investasi sebesar US$150 juta ini dihasilkan dengan memanfaatkan debit air 168 meter kubik dan ketinggian jatuh air (gross head) 34 meter.

PLTA Rajamandala diketahui menerapkan teknologi terbaru pada konstruksi pipa pesat dan spiral case dengan menggunakan bahan beton bertulang serta teknologi yang efisiensi pada sisi turbin kaplan.

“PLN dan Indonesia Power welcome dan berkomitmen dalam penggunaan energi terbarukan. Kami yakin jika Indonesia Power akan menjadi pemimpin dalam bidang ini," bilangnya.

PLTA Rajamandala memperkuat sistem interkoneksi kelistrikan Jawa-Bali. Listrik tersebut dipasok melalui jaringan transmisi bertegangan 150 kilo Volt (kV) Cianjur-Cigereleng.

Pembangkit EBT
Dalam upaya mendukung pemerintah dalam target bauran energi sebesar 23% pada 2025, Indonesia Power juga membidik empat proyek pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) melalui Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) hingga 2022.

Keempat proyek tersebut ialah PLTMH Cileunca (1 Megawatt/MW) di Bandung, Jawa Barat, lalu PLTMH Harjosari (9,9 MW), PLTMH Lambur (8 MW) serta PLTMH Gunung Wugul (3 MW) yang berada di Jawa Tengah.

"Ada empat proyek pengembangan EBT. Ada yang dalam konstruksi, ada beberapa dalam penugasan dan dalam tahap <i>feasibility study<p> (uji kelayakan)," ungkap Manager of Business Development Planning and Controlling Indonesia Power Hedwig Lunga di kantor Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Saguling.
Total ada 11 proyek pembangkit yang tengah dikembangkan Indonesia Power yang mencapai 838,9 MW. Proyek tersebut adalah satu Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berkapasitas 30 MW, tiga Pembangkit Hybrid berkapasitas 67 MW, dua proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 120 MW, satu proyek Co-firing 600 MW, dan empat proyek PLTMH berkapasitas 21,9 MW.

Keempat proyek tersebut (PLTMH) memiliki schedule Commercial Operation Date (COD) di 2021-2022,” tambah Hedwig.

Targetnya, Indonesia Power memiliki total kapasitas pembangkit hingga 17 Gigawatt (GW) pada 2028, dengan persentase kapasitas EBT sebesar 32,4%.
Dalam kesempatan yang sama, Vice President Energi Hidro PLN Deny Waskitho Sigit menerangkan, secara keseluruhan kapasitas pembangkit yang terpasang hingga 2020 sebesar 63,3 GW.

Rencana pemerintah pun akan menambah pembangkit baru sebesar 40,6 GW selama 10 tahun dengan porsi EBT mencapai 20,9 GW atau 51,6%.
"Target pengembangan pembangkit EBT dalam bauran energi di 2025 harus mencapai 23% atau sebesar 16,6 GW dan sampai 2030 pembangkit EBT yang harus ter-install adalah 28,9 GW," pungkasnya. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Heryadi
Berita Lainnya