Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
BADAN Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan pemerintah menyetujui target pertumbuhan ekonomi di 2022 di angka 5,2%. Angka pertumbuhan yang disepakati tersebut berbeda dari yang diusulkan dalam RAPBN 2022 pada kisaran 5,0% hingga 5,5% dan kesepakatan Komisi XI DPR di kisaran 5,2% hingga 5,5%.
“Ada kesamaan pandang pada titik pertumbuhan, karena sejak awal pada waktu kita membahas KEM-PPKF, kita meyakini dan datang pada kesimpulan bahwa yang terbaik bagi kita dalam pengambilan keputusan adalah pertumbuhan ekonomi di 5,2%,” ujar Ketua Banggar DPR Said Abdullah seraya mengetuk palu pada rapat panitia kerja Asumsi Dasar, Pendapatan, Defisit, dan Pembiayaan dalam RUU tentang APBN 2022, Rabu (8/9).
Baca juga: Presiden: Segera Tindaklanjuti Perpanjangan Restrukturisasi
Sedangkan tingkat inflasi yang disepakati oleh Banggar yakni di angka 3,0%. Lalu nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat disepakati berada di level Rp14.350, dan suku bunga Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun disepakati 6,80%. Angka itu sama seperti yang disusulkan pemerintah dalam RAPBN 2022 dan kesepakatan Komisi XI.
Di kesempatan yang sama Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu mengungkapkan, kesepakatan pertumbuhan ekonomi yang dicapai Banggar dengan pemerintah berdasarkan berbagai pertimbangan dan perkiraan dinamika pandemi covid-19 di tahun depan.
Target pertumbuhan di angka 5,2% di 2022, kata Febrio, menggambarkan optimisme pemulihan akan terjadi kendati ketidakpastian diperkirakan masih membayangi perekonomian nasional. “Kami melihat bahwa asumsi pertumbuhan ekonomi 5,2% ini sudah mencakup pesan ketidakpastian bahwa ketidakpastian masih ada. Pemerintah dan DPR bersama-sama antisipasi ketidakpastian itu. Logika sama, 2022 meski ada ketidakpasitian, tetapi transformasi reformasi struktural terus kita lakukan,” ujarnya.
Pemerintah, kata Febrio, akan mengandalkan dan mendorong pertumbuhan investasi serta ekspor untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian akibat pandemi. Hal itu akan dilakukan seiring dengan upaya perbaikan kebijakan fiskal yang diharapkan mampu mendorong kesinambungan dan keberlanjutan fiskal baik di tingkat pusat maupun daerah.
Dus, dia optimistis dukungan dan kesepakatan pemerintah bersama DPR pada pertumbuhan ekonomi nasional dapat terealisasi. “Pemerintah setuju assesment banggar bahwa 5,2% sudah mencerminkan ketidakpastian itu, ini ikhtiar bersama-sama bahwa kita bisa mencapai 5,2% ke 2022,” terang Febrio. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved