Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Tiga Pemicu Berikut Pengaruhi Pergerakan IHSG Pekan Ini

Fetry Wuryasti
18/1/2021 10:37
Tiga Pemicu Berikut Pengaruhi Pergerakan IHSG Pekan Ini
Foto udara Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Minggu (10/1). Surplus neraca dagang pengaruhi IHSG.(Antara)

INDEKS Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin (18/1) dibuka pada level 6.365,03 (-0,13%). Pekan ini akan ada tiga perhatian yang menarik yang menjadi trigger pergerakan IHSG.

Pertama strategi Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter, peresmian Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI), serta pelantikan Presiden Terpilih AS Joe Biden.

"Tentu saja hal tersebut akan menjadi sebuah tanda sektor mana saja yang berpeluang untuk dimasuki investor. Untuk pekan ini kami melihat pergerakan IHSG akan lebih terbatas," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Senin (18/1).

Peresmian SWF dapat menjadi trigger positif bagi pergerakan saham emiten konstruksi. Sedangkan pelantikan Joe Biden yang akan memberikan sebuah harapan baru bagi AS dan tentu saja bagi dunia.

Pelantikan Joe Biden sendiri merupakan salah satu yang bersejarah karena dirinya akan menjabat sebagai Presiden AS di tengah situasi dan kondisi yang sangat sulit akibat wabah virus korona.

Ini merupakan situasi terburuk sejak Presiden John F Kennedy menjabat beberapa dekade lalu. Oleh sebab itu pidato Biden akan sangat dinantikan oleh dunia.

"Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak melemah terbatas dan di-trading-kan pada level 6.270-6.469," kata Nico.

Pergerakan IHSG sepanjang pekan lalu cukup diwarnai berbagai sentimen. Mulai dari naiknya indeks kepercayaan konsumen pada bulan Desember dari 92 menjadi 96,5, penurunan Retail Sales November -16,3% (yoy), dimulainya distribusi vaksin yang melibatkan tokoh-tokoh dari berbagai kalangan dan surplusnya neraca perdagangan sebesar US$21 miliar.

Surplusnya neraca perdagangan tersebut tidak direspons positif oleh pelaku pasar sehingga IHSG ditutup dalam zona merah.

"Kami melihat saat ini pelaku pasar telah melakukan perhitungan dimana kenaikan harga sejak Senin (18/1) telah merefleksikan data tersebut," kata Nico.

Tentu ini cukup baik bagi perekonomian Indonesia karena surplus neraca pada 2020 merupakan nilai tertinggi sejak 2011. Nilai ekspor tercatat naik +8,39% (mom) dan +14 63% (yoy), sedangkan impor tercatat turun -0,47% (mom) dan naik 14% (yoy)

Menurut data BPS, sepanjang Desember, Indonesia mengalami surplus perdagangan dari AS sebesar US$1,23 miliar.

Sebaliknya Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan dengan Tiongkok sebesar US$1,12 miliar, dengan Australia sebesar US$260,2 juta dan Brasil sebesar US$203,3 miliar.

BPS mencatat, impor dari Tiongkok ke Indonesia pada Desember 2020 meningkat sebesar US$550,1 juta. Berdasarkan pangsa pasarnya, Tiongkok masih memegang porsi tertinggi, yaitu 34,28% dari total impor pada periode tersebut.

Sejalan dengan itu, pangsa ekspor nonmigas tertinggi juga masih ke Tiongkok, dengan porsi sebesar 21,39% dari total ekspor. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Heryadi
Berita Lainnya