Headline
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.
PEMERINTAHh membuat program pengadaan listrik 35 ribu megawatt (MW) untuk lima tahun (2014-2019). Tapi itu masih dinilai belum cukup memenuhi kebutuhan pasokan listrik.
Hal itu terungkap dalam Rembuk Nasional Kebutuhan Energi Listrik untuk Percepatan Pembangunan, Rabu (30/3), di Makassar, yang digelar oleh Institut Lembang 9. Hadir dalam acara itu sejumlah pembicara, seperti Dirjen Kelistrikan Jarman, Sekretaris Dirjen Ketenegalistrikan ESDM Agoes Triboesono, dan Direktur Perencanaan Korporat PT PLN (Persero), Nicke Widyawati.
Jarman menjelaskan adanya megaproyek pengadaan 35 ribu MW itu ada 109 proyek yang masuk dalam program pembangunan pembangkit listrik. Dari 109 proyek pembangkit berdaya total 36.858 MW itu, 74 proyek berkapasitas 25.904 MW di antaranya dikerjakan dengan skema pengembangan listrik swasta atau independent power producer (IPP).
Agoes menambahkan, selain proyek yang digarap swasta ada 35 proyek lainnya yang berdaya 10.681 MW dikerjakan PLN. Proyek ini tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Untuk Jawa-Bali, pemerintah membidik proyek berkapasitas 18.697 MW. Di Sumatera 10.090 MW, Sulawesi 3.470 MW, Kalimantan 2.635 MW, Nusa Tenggara 670 MW, Maluku 272 MW, dan Papua 220 MW.
"Dana yang dibutuhkan untuk seluruh program itu sekira Rp1.127 triliun yang terdiri atas PLN Rp512 triliun dan swasta (IPP) Rp615 triliun. Pendanaan PLN diperuntukkan bagi proyek pembangkitan Rp199 triliun dan transmisi serta gardu induk Rp313 triliun," jelasnya.
Sementara, investasi swasta dibutuhkan Rp615 triliun seluruhnya untuk pembangkitan. Sesuai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2015–2024, pemerintah meramalkan beban puncak listrik, dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 6,1 persen pada 2015, akan mencapai 36.787 MW.
Pada 2019 nanti, beban puncak itu menjadi 50.531 MW dengan pertumbuhan ekonomi 7,1 persen. Dan pada 2024 menjadi 74.536 MW dengan asumsi pertumbuhan 7 persen.
"Saat ini, kapasitas terpasang nasional sebesar 50 Ribu MW. Dengan tambahan 35 Ribu MW, maka rasio elektrifikasi meningkat dari 84 persen pada 2015 menjadi 97 persen pada 2019," lanjutnya.
Sementata itu, Nicke Widyawati menjelaskan, progres pengadaan listrik sudah mencapai 18 ribu MW hingga saat ini. Artinya, masih ada sekira 17 MW lagi untuk mengejar proyek raksasa ini. "Kita optimis 35 ribu MW akan terealisasi dengan baik. Bahkan kita harus berpikir, setelah 35 ribu ini, besok kita mau bangun apa lagi," katanya. (OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved