Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Chatib Basri: Indonesia Harus Cerdas Manfaatkan Modal Masuk

Fathia Nurul Haq
23/3/2016 15:22
Chatib Basri: Indonesia Harus Cerdas Manfaatkan Modal Masuk
(ANTARA FOTO/HO)

ARUS modal masuk ke dalam negeri yang menderas pasca diberlakukannya suku bunga negatif menyusul lambatnya pertumbuhan ekonomi global jika dibandingkan dengan progres nasional harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk memperbaiki struktur pertumbuhan.

Manufaktur berorientasi ekspor mesti diarustengahkan untuk membantu sektor infrastruktur mendongkrak pertumbuhan.

“Kita mesti provide insentif dalam export oriented. Itu yang di masa lalu kita kurang. Kita baru mulai lakukan, misalnya, policy yang waktu itu dibikin keuangan yang pajak untuk impor yang orientasi ekspor diilangin, Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) waktu itu namanya,” usul Visiting Fellow, University of California, San Diego Chatib Basri usai mengisi acara ‘Structural Reform in Emerging Asia’ di kantor pusat Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (23/3).

Mantan Menteri Keuangan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu mewanti agar Indonesia tidak mengulangi kesalahan lalu, yakni terlena pada aktivitas perekonomian yang menggiat lantaran arus modal masuk hingga lupa mengeposkannya pada sektor yang tepat.

“Kita tidak mau ulangi pengalaman masa lalu. Dulu capital inflow masuk banyak sekali ke Indonesia, tapi yang mereka cari adalah domestic-oriented sector. Natural resources, kemudian pasar kita yang besar. Tapi penerimaan dari pasar itu dalam rupiah sementara FDI itu dalam dolar, jadinya membebani Balance of Payment (BoP),” jelasnya lagi.

Sektor manufaktur pun menurutnya cukup variatif bila diukur dari potensi Indonesia, salah satunya manufaktur telekomunikasi seperti yang dikembangkan oleh Vietnam. Namun Chatib menyadari sektor tersebut memerlukan waktu yang cukup panjang dalam pengembangannya, “Tapi kita harus mulai kembangkan sekarang.”

Sementara itu Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengurai adanya ketimpangan infrastruktur yang menghambat pengembangan industry manufaktur di Indonesia.

Justru kalau kita bicara di forum seperti ini indonesia ada persoalan struktural yang kita hadapi, salah satunya infrastruktur tapi juga terkait dengan manufaktur indoneisa kita terikat dengan teknologi yang masih dasar... ini adalah hal2 yang harus dilampaui.”Bagaimana kita bisa mengundang manufacturing dengan teknologi menengah-maju sehingga Indonesia jika reformasi structural tidak berjalan baik,” kata Agus.

Saat ini diakuinya manufaktur di Indonesia masih memakai teknologi dasar sehingga kurang kompetitif. Sejalan dengan reformasi struktural yang digalakkan pemerintah diharapkan investasi manufaktur bisa berkembang.

Keberpihakan terhadap ekspor juga menurut Agus dilakukan dengan menjaga nilai tukar sesuai fundamentalnya. “Kita akan jaga sehingga tidak akan terjadi kondisi tidak.menguntungkan karena mata uang terlalu kuat, kurang kompetitif ekspor kita nantinya, jaga keseimbangan. kita tau bahwa dana masuk itu banyak tapi kita tau masih ada resiko,” pungkas Agus.(OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya