Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Rupiah dan Indeks Tertopang PSBB

Despian Nurhidayat
13/10/2020 05:30
Rupiah dan Indeks Tertopang PSBB
Nilai tukar rupiah menda­pat sentimen positif dari pemberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi.(ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

INDEKS harga saham ga­bungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan nilai tukar rupiah menda­pat sentimen positif dari pemberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi oleh Pemprov DKI.

Investor juga masih meman­dang positif pengesahan omnibus law RUU Cipta Kerja oleh DPR pekan. Keberadaan UU itu diyakini akan meningkatkan daya saing Indonesia menggaet investasi. IHSG ditutup menguat 39,44 poin atau 0,78% ke posisi 5.093,1. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak naik 5,54% atau 0,72% menjadi 777,3.

“IHSG ditutup menguat sebab euforia pengesahan omnibus law RUU Cipta Kerja menjadi UU masih sangat kuat sehingga pergerakan IHSG berhasil ditutup di zona positif. Kemudian market juga meng­apresiasi kebijakan Pemprov DKI dalam mengakhiri penerapan PSBB,”kata Analis Bina Artha Sekuritas M Nafan Aji Gusta di Jakarta, kemarin.

Rupiah pada sesi pagi dibuka menguat di posisi 14.685 per US$. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran 14.685 per US$ hingga 14.715 per US$.

“Menguatnya rupiah mungkin didorong oleh munculnya sentimen positif oleh investor, sebagian investor memandang om­­nibus law ketenagakerjaan dapat memperbaiki iklim investasi di Indonesia,” ungkap pengamat ekonomi dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) Teuku Riefky.

Arus modal

Meski demikian, Riefky menilai hal itu tidak menandakan rupiah telah bebas dari fluktuasi akibat ketidakpastian. Salah satu penyebab masih tingginya kemungkinan rupiah fluktuasi juga direfleksikan data arus modal.

Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, Indonesia mengalami penurunan arus modal masuk sebesar US$830 juta. Posisi di pertengahan September masih tercatat arus modal masuk sebesar US$4,49 mi­liar, yang kemudian turun men­jadi ke US$3,66 miliar pada akhir minggu lalu. Kondisi itu tercatat sebagai arus modal masuk terendah sejak awal 2019.

“Di sisi lain, turunnya imbal hasil obligasi pemerintah jangka pendek (1 tahun) sedikit memperlebar selisih imbal hasil antara jangka panjang (10 tahun) dan jangka pendek (1 tahun) untuk surat utang pemerintah Indonesia, mengindikasikan adanya pengalihan investasi dalam portofolio investor menuju aset jangka pendek seiring meningkatnya risiko,” sambungnya.

Bank Indonesia (BI) telah menggunakan sebagian cadangan devisa mereka untuk melakukan stabilisasi seiring dengan bergejolaknya nilai tu­­kar rupiah. Hal itu menyebabkan turunnya cadangan devisa Indonesia ke level US$135 miliar di September.

“Terlepas dari penurunan tersebut, cadangan devisa masih memberikan BI likuiditas yang cukup untuk mendukung stabilisasi nilai tukar rupiah apabila terjadi guncangan di masa mendatang,” ujar Riefky.

Ke depan, BI perlu memperta­hankan suku bunga acuan di level 4,00% guna memberikan stabilitas pada rupiah.

Riefky juga mengatakan BI perlu mempertahankan kebi­jak­an makroprudensial untuk mengelola stabilitas di sektor keuangan sebab ketidakpasti­an terus meningkat, baik di sisi domestik maupun global.

Para pengambil kebijakan ekonomi di seluruh dunia saat ini mengarahkan perhatian terhadap kondisi yang terjadi di Amerika Serikat.

Pembahasan stimulus di AS serta pelaksanaan pemilihan presiden AS pada 3 November mendatang diyakini membe­ri dampak padaperekonomian dunia. (Ant/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik