Headline

Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.

Perubahan Cara Berbisnis Pascapandemi Perlu Diantisipasi

Eni Kartinah
20/9/2020 12:10
Perubahan Cara Berbisnis Pascapandemi Perlu Diantisipasi
Warga mengakses layanan film daring melalui gawai di Jakarta.(ANTARA/NOVA WAHYUDI )

PANDEMI covid-19 yang kini melanda banyak negara di dunia memang telah mengubah banyak prilaku masyarakat. Dunia pun dipaksa beradaptasi dengan cara tak terduga. Salah satunya soal menjaga kebersihan, belanja online, ataupun pembayaran nontunai.

Bukan tidak mungkin, kebiasaan baru itu akan tetap bertajan pascapandemi nanti. Soal cara kerja misalnya, saat ini jutaan orang sudah terbiasa bekerja dari rumah. Karena itu, mungkin, pasca-pandemi nanti, cara kita bekerja juga berubah.

Baca juga: Pasca Pandemi, Model Hunian ini Yang Dibutuhkan

Hal itu diungkapkan pendiri dan co-CEO Netflix, Reed Hastings. Menurutnya, ke depan, perusahaan tak akan lagi terlalu mengontrol dan birokratis, sehingga bisa lebih cepat beradaptasi sambil menambah kewenangan dan kelonggaran kepada para karyawan.

“Perubahan ini sudah kami jalankan selama 20 tahun lebih membangun Netflix, yang tadinya mengirim kepingan DVD film lewat pos, kemudian menjadi layanan streaming. Kemampuan Netflix untuk bersaing tak lain merupakan berkah dari besarnya rasa percaya yang kami berikan kepada seluruh karyawan,” papar Hastings dalam siaran persnya.
 
Konsep yang disebut kebebasan dan tanggung jawab itu mendorong karyawan untuk berpikir mandiri, ketimbang hanya melakukan yang dianggap benar oleh atasan. Hastngs mencontohkan, pada Maret lalu. Ketika banyak negara menerapkan karantina wilayah, pihaknya meminta ribuan karyawan dan mitra yang bekerja di bagian layanan pelanggan, animasi, efek visual, hingga sulih suara untuk bekerja jarak jauh tanpa perlu meminta persetujuan manajemen.

“Bukan berarti kami tidak sanggup memberi arahan, tapi staf kami bebas menjalankan keputusan berdasarkan pertimbangan mereka sendiri,” imbuh Hastings yang baru saja meluncurkan buku berjudul No Rules Rules yang ditulisnya bersama Erin Meyer.

Pada era ekonomi kreatif dewasa ini, lanjutnya, yang menjadi prioritas adalah inovasi, kecepatan, dan kelincahan. Risiko terbesar bukanlah membuat kesalahan, melainkan kegagalan menciptakan produk baru atau mengubah arah saat lingkungan berubah. Secara alamiah, inovasi lahir dari proses mencoba-coba. Tak mungkin ada kemajuan tanpa kegagalan. Itulah sebabnya banyak perusahaan hierarkis yang gagap saat teknologi berubah. Nokia, misalnya, gagal meramal kehadiran telepon cerdas. AOL tidak beradaptasi dari Internet lambat (dial-up) ke broadband, dan Blockbuster tidak beralih ke streaming.
 
Ia mengakui, pendekatan bisnis yang dilakukan Netflix mungkin terkesan radikal. Tapi  kuncinya ialah memiliki staf yang tepat.

Mencermati apa yang terjadi saat pandemi, menurutnya, sudah jelas bahwa perubahan tidak terelakkan. “Melihat kerja keras pemerintah, perusahaan farmasi, serta para ilmuwan untuk menemukan vaksin covid-19, pemulihan, semoga, segera terwujud. Kelak, peraturan untuk meraih kesuksesan memang bakal tetap ada, tapi jumlahnya (peraturan di masa mendatang)  tidak akan sebanyak sekarang,” pungkasnya. (RO/A-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Maulana
Berita Lainnya