Sawit Masih Bergeliat di Tengah Pandemi

PADA semester pertama 2020, Indonesia mencatatkan ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sebesar US$10,06 miliar.

Meskipun secara volume mengalami penurunan 11%, secara nilai, jumlah tersebut mengalami kenaikan 6,4% dari periode yang sama di tahun sebelumnya.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Joko Supriyono mengungkapkan salah satu kunci dalam mencapai kinerja yang baik adalah menjaga hubungan kemitraan antara perusahaan dan petani.

"Perusahaan dan petani adalah satu kesatuan. Kesolidan rantai pasok ini yang akan menentukan seberapa kuat daya saing industri sawit," ujar Joko melalui keterangan resmi, Jumat (4/9).

Ia pun mencontohkan industri komoditas lain yang tidak memiliki hubungan yang kuat seperti karet dan kakao.

Kedua sektor tersebut kini mengalami hambatan untuk berkembang.

Baca juga : Kawal Kualitas Rumah Subsidi dengan Digitalisasi

"Itu karena tidak ada keseimbangan antara petani dan perusahaan hingga akhirnya berdampak pada daya saing dan ketahanan industri," tuturnya.

Adapun, Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia Gulat ME Manurung mengatakan kemitraan merupakan bagian terpenting dalam pengelolaan industri sawit di dalam negeri.

"Karena tujuannya memberikan kepastian harga kepada jutaan petani sawit. Mereka juga bisa mendapat nilai tambah sehingga meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha kecil," ucapnya.

Kementerian Pertanian pun telah mengatur pola kemitraan perusahan dan petani melalui Permentan Nomor 1 tahun 2018 mengenai Pedoman Penetapan Harga Pembelian Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Produksi Pekebun.

“Pada intinya, aturan ini difokuskan kepada pembelian harga tandan buah segar sesuai ketetapan tim provinsi tiap bulan. Oleh karena itu kelembagaan petani harus bermitra dengan pabrik sawit sehingga mendapat harga yang sesuai aturan," papar Kasubdit Pemasaran Ditjen Perkebunan Kementan Normansyah Syahrudin. (OL-2)