Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
BERAWAL dari inspeksi mendadak Presiden Joko Widodo pada Jumat (11/3) pekan lalu yang menemukan bahwa Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) tidak maksimal dalam menyerap gabah petani, memicu langkah baru yang akhirnya diambil Kementerian Pertanian.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memerintahkan tim gabungan, yang melibatkan Kementerian Pertanian, Bulog, kelompok tani, pemerintah daerah untuk segera bergerak membeli gabah langsung dari petani.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Hasil Sembiring, Senin (14/3), meyakini upaya itu akan sangat efektif untuk mengatasi rendahnya serapan gabah petani saat ini.
"Kami sangat yakin. Kalau tidak, kami tidak akan usulkan itu," ucap Hasil.
Hasil menambahkan, "Pak menteri terus berkeliling untuk mencari lokasi dimana wilayah yang memiliki tingkat serapan paling rendah. Di daerah-daerah itulah yang jadi prioritas kami."
Ia mengungkapkan, saat ini, wilayah dengan tingkat serapan gabah terendah berada di Sumatra Selatan dan Pulau Jawa, yang merupakan wilayah sentra utama beras.
Kendati tim gabungan itu diharapkan juga dapat memutus rantai perniagaan beras yang selama ini selalu menguntungkan pihak ketiga (tengkulak), Hasil mengatakan, tim tersebut dirasa tidak perlu mengawasi distribusi beras hingga ke pasar.
"Yang paling penting saat ini adalah bagaimana Bulog bisa menyerap untuk persediaan nantinya. Karena pada masa panen raya inilah mereka punya kesempatan untuk menyerap dengan harga murah," jelasnya.
Pada kesempatan lain, Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti menyambut baik langkah yang diambil pemerintah dengan membentuk tim gabungan.
Selama ini, Djarot mengakui bahwa kemampuan internal Bulog dalam merambah serapan langsung ke petani masih lemah.
"Kami senang dengan adanya tim ini. Karena yang terlibat adalah mereka yang paham dengan wilayah-wilayah pertanian di sekitar mereka," ujar Djarot.
Dengan melibatkan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), lanjut Djarot, Bulog akan lebih mudah dalam menyerap gabah langsung dari tangan pertama.
"Mereka kenal betul wilayah mana yang harus diserap. Kami jelas akan mengoptimalkan kerja sama ini untuk melakukan yang terbaik," tuturnya
Kendati mengaku terbantu dengan tim gabungan, Djarot mengungkapkan masih ada alasan lain mengapa penyerapan Bulog lemah pada tahun ini.
"Sebenarnya, dana untuk menyerap ada. Kami punya 25 triliun untuk menyerap gabah petani. Gudang juga tersedia. Yang menjadi kendala lainnya bagi kami adalah infrastruktur paska panen yang kurang memadai," ungkapnya.
Pada musim hujan seperti saat ini, Djarot mengatakan mesin pengering adalah hal yang sangat penting.
"Tetapi mesin itu terbatas."
Ia mengungkapkan berbagai hal sudah dilakukan, seperti memperbaiki dan menyewa mesin pengering dan peralatan lainnya ke BUMN maupun swasta.
"Semuanya tetap tidak cukup," ucap Djarot.
Ia menambahkan kemungkinan akan ada bantuan infrastruktur dari pemerintah, tetapi, sebelum bantuan itu turun, Bulog akan memaksimalkan infrastruktur yang ada saat ini. (OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved