Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
JALAN tol trans-Sumatra ruas Palembang-Indralaya (Palindra) sepanjang 22 km sebagian besarnya dibangun di atas tanah rawa yang basah. Namun, kondisi tersebut bukan menjadi kendala.
Mulai titik 0 km-16 km merupakan tanah basah dan setelah itu hingga Km 22 dibangun di atas tanah yang relatif lebih kecil. Pembangunan tol ini menggunakan teknologi geotekstil, yaitu berupa penyedotan air dengan vaccum cossolidation methode untuk mengeringkan dan mengeraskan lahan yang akan dijadikan ruas tol.
Dengan teknologi vakum tersebut, pengerjaan lahan bisa lebih cepat ketimbang cara konvesional. Teknologi itu baru pertama diterapkan pada ruas tol ini. Pembangunan jalan sebelumnya masih menggunakan teknologi preloading, yaitu pemadatan permukaan tanah untuk menekan air.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Hediyanto W Husaini, ketika ditemui di lokasi pembangunan, Palembang, Sumatra Selatan, Kamis (3/3), mengatakan penggunaan teknologi vakum akan menjadi acuan dalam pengerjaan infrastruktur selanjutnya yang juga dibangun di tanah rawa.
"Dengan teknologi ini, biaya investasi dapat lebih hemat 25% dan lebih cepat 5 bulan daripada metode lain untuk pembangunan di tanah rawa," urainya.
Pemilihan lokasi tanah rawa, jelasnya, agar tidak semakin banyak tanah produktif dan subur yang tergerus pembangunan. "Sayang kalau pembangunan dilakukan di lahan pertanian ataupun di lahan subur. Jadi pemilihan jalan rawa karena tidak akan mengurangi lahan subur."
Meskipun begitu, Hediyanto mengakui secara konstruksi memang lebih murah untuk membangun di atas tanah subur. Namun, itu justru akan menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang lebih besar. "Kita juga kan harus membebaskan lahan dan biayanya lebih besar kalau di tanah subur."
Sementara itu, Person in Charge Perbaikan Tanah Hutama Karya Infrastruktur Resnu Aditya mengatakan perlu ada perlakuan khusus terhadap jalan nantinya agar tidak mudah rusak. "Perbaikan tanah menggunakan sistem vakum akan mempercepat kosolidasi tanah menjadi 4 bulan, biasanya 1 tahun. Kami memutuskan gunakan sistem vakum untuk mempercepat program," jelas Resnu.
Menurut Resnu, penggunaan teknologi vakum merupakan hal pertama dalam pembangunan jalan tol. Teknologi tersebut didatangkan dari Tiongkok yang dibawa Geotekindo selaku subkontaktor Hutama Karya.
Pembangunan Jalan Tol Palindra memiliki panjang total 22 km dengan biaya investasi Rp3,301 triliun. Pembangunannya dibagi menjadi tiga seksi, yaitu Palembang-Pamulutan (7 km) dengan pembebasan lahan yang sudah mencapai 100%. Pembangunan dimulai pada Agustus 2015 dan ditargetkan selesai pada Desember 2016.
Seksi kedua ialah Pamulutan-KTM Rambutan (5,70 km) dengan kondisi lahan yang telah bebas adalah 42,93%. Konstruksinya dilaksanakan pada Januari 2016 sampai Maret 2017.
Seksi ketiga ialah KTM Rabutan-Indralaya (9,3 km) dengan kondisi lahan yang sudah terbebas sebanyak 40,86%. Konstruksinya dilaksanakan pada Januari 2016 sampai dengan Juni 2017.
Selesai 2017
Jalan Tol Palindra merupakan salah satu dari tiga ruas jalan tol yang sedang dibangun di Sumatra Selatan. Dua lainnya ialah Pematang Panggang-Kayuagung, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) sepanjang 77 km dan Palembang-Tanjung Api-Api (TAA) sepanjang 76 km.
Kepala Balai Besar Pelaksana Jalan Negara (BBPJN) III Thomas Setiabudi Aden menjelaskan pembangunan Jalan Tol Palindra dilakukan demi memperlancar arus transportasi, baik dari Palembang maupun Indralaya.
"Kita targetkan sebelum Asian Games, semua kontruksi selesai. Dan sudah bisa dilewati. Bahkan, untuk seksi I (Palembang-Rambutan) diupayakan sudah bisa dilewati pada 2017," jelasnya.
Ruas jalan Tol Palindra dikerjakan sejak April tahun lalu. "Kita targetkan kontruksi hanya dua tahun, pada 2017 nanti diupayakan kelar dan 2018 sudah bisa operasi," ucap Manajer Umum PT Hutama Karya, kontraktor pembangunan Tol Palindra A Darius di Palembang, Senin (29/2).
Darius mengungkapkan pembangunan jalan tol tersebut sudah melalui sejumlah tahapan. Yakni, menuntaskan surat persetujuan penetapan lokasi pembangunan (SP2LP) pada 2013 dan <>feasibility study selesai pada 2009. "Amdalnya juga sudah dilakukan pada 2013, sedangkan untuk detail engineering design (DED) masih proses," tambahnya.
Jalan Tol Palindra nantinya akan memiliki dua pintu keluar, yakni di Pemulutan dan KTM Rambutan. Ia mengaku saat ini pengerjaan proyek dilakukan secara acak karena disesuaikan dengan lokasi yang sudah dibebaskan. "Yang jelas kita sinergis dengan pejabat pelaksana teknis kegiatan (PPTK) pembebasan lahan."
Terkait dengan hal itu, PPTK Jalan Tol Palindra, Balai Besar Pelaksana Jalan Negara (BBPJN) Wilayah III, Adi Rosadi mengaku hingga saat ini pihaknya telah membebaskan sekitar 22 km atau 71,3%.
Belum tuntasnya pembebasan lahan Jalan Tol Palindra, menurut dia, disebabkan banyak faktor, antara lain karena pemilik lahan tidak setuju besaran ganti rugi yang ditetapkan konsultan jasa penilai publik (KJPP). Untuk itu, lanjut Adi, sistem yang dipakai adalah konsinyasi di Pengadilan Negeri Sumsel.(Mus/BHM/S-25)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved