Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

E-commerce, Amunisi Pemodal Mini

MI/Dero Iqbal Mahendra
10/2/2016 08:42
E-commerce, Amunisi Pemodal Mini
(ANTARA FOTO/Maulana Surya)

DI era digital seperti ini, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) jangan sampai gagap teknologi. Penguasaan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dasar dapat membantu UMKM menutupi kelemahan dalam permodalan dan menggapai pasar lebih luas.

Deputi Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM Wayan Dipta mengatakan pemanfaatan ICT akan mendekatkan pembeli, dengan biaya lebih efisien. Maka itu, UMKM jangan sampai melepas momentum e-commerce yang tengah hit saat ini. Pihaknya sudah sejak 2009 merintis pembinaan dan pendampingan kepada UMKM agar memanfaatkan e-commerce. Selain soal pemahaman atas teknologi internet, pendampingan diberikan bagi produk yang didorong untuk ekspor, mengawal permasalahan bahasa, sertifikasi serta hak cipta.

"Kita akan dampingi agar produk yang dipromosikan itu dapat buyer, kemudian soal transaksi dan keamanan mereka. Standardisasi sertifikasi juga kita kawal agar jangan sampai sudah ada booking, tapi terjadi rejection, sebab untuk dapat sertifikat tidak murah," jelas Wayan. E-commerce memiliki potensi sangat besar di dalam negeri. Dari data yang dicuplik Wayan, nilainya mencapai US$8 miliar pada 2013 dan naik menjadi US$18 miliar pada 2015. Tahun ini diprediksi akan menjadi US$28 miliar dan pada 2020 menjadi US$130 miliar.

Sejauh ini, lanjutnya, produk UMKM yang menjadi primadona ekspor ialah furnitur, makanan, kerajinan garmen, tekstil, hingga produk hortikultura seperti kopi. Dalam kesempatan sama, co-founder dan CFO Bukalapak.com Muhamad Fajrin Rasyid mengutarakan tantangan awal pebisnis pemula, berupa modal dan distribusi, bisa diatasi dengan e-commerce.

Ia mencontohkan pertumbuhan pengguna Bukalapak.com yang kini mencakup 650 ribu pedagang. Tingkat pengunjung mencapai 5 juta. Tentu saja hal itu perlu didukung kualitas produk yang mumpuni. Kalau tidak, pembeli akan enggan kembali. "Di tengah situasi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), Indonesia akan jadi target produk e-commerce asing. Namun, pemain lokal memiliki keunggulan dalam pemahaman pasar. Ini harus dimanfaatkan untuk jadi poin bersaing di kancah MEA."

Keamanan
Di sisi lain, pengamat e-commerce Kun Arief Cahyanto mengingatkan ada aspek keamanan transaksi yang perlu terus dimaksimalkan. Apalagi, ia melihat kebanyakan transaksi yang terjadi kini masih bersifat semi-e-commerce. "Perlu ada jaminan atas transaksi mengingat secara tren di Indonesia adalah mobile commerce, bukan e-commerce. Pengguna smartphone sebesar 54,9% sehingga mobile transaction akan mengubah arah market," tutur Arief.

Saat ini pembayaran e-commerce sebesar 57% melalui transfer bank dan bertemu langsung (cash on delivery) 28%, sehingga sistem e-commerce di Indonesia baru masuk kategori setengah online.

Meningkatnya penyalahgunaan data pribadi seperti nomor telepon, email, alamat, dan nomor rekening menjadi kendala berkembangnya e-commerce. "Itu menyebabkan pembeli dan penjual tidak memakai data pribadi sebenarnya sehingga tingkat kepercayaan antara mereka rendah." Karena itu, ada urgensi untuk mempertebal kepercayaan penjual dan pembeli dengan jaminan peraturan yang lebih memadai agar e-commerce di Indonesia makin merekah. (Ant/E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik