Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
MEROSOTNYA peringkat daya saing Indonesia menurut World Economic Forum (WEF) disebabkan kegagapan menghadapi era digital dan tidak transparannya praktik perizinan.
Demikian disampaikan ekonom senior Indef Faisal Basri ketika menanggapi melorotnya peringkat daya saing Indonesia dari urutan 45 pada 2018 ke 50 tahun ini.
Ia menjelaskan indeks daya saing global merupakan penggabungan 103 indikator ke dalam dalam 12 pilar.
Skor terburuk Indonesia berada pada pilar ke-12 yakni terkait inovasi dengan nilai 37,7 dari 100.
Selain itu, di pilar pertama yang mencakup transparansi, Indonesia hanya mengantongi 38 poin yang tentu juga tergolong buruk.
"Semakin tidak transparan ini praktik-praktik di Indonesia. Semakin banyak mengundang hantu di tempat gelap yang menyebabkan buruknya transparansi," ujar Faisal di Jakarta, Kamis (10/10).
Pada pilar ketiga terkait information and communication technology (ICT), nilai Indonesia juga hanya 55,4.
"Ini menunjukkan bahwa kira belum siap menghadapi era digital. Ini yang perlu dibenahi ke depan," tandasnya.
Indonesia kini semakin tertinggal jauh dari Singapura yang menempati puncak klasemen. Indonesia juga masih tertinggal dari Malaysia dan Thailand yang berada di level 27 dan 40.
Berbanding terbalik dengan Indonesia, Vietnam mampu naik 10 peringkat dari 70 ke 60. (OL-8)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved