Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
Perusahaan riset Nielsen mencatat belanja iklan di media TV, Cetak, dan Radio selama 12 bulan terakhir (Juli 2018 - Juni 2019) menembus angka Rp156 Trilliun, atau naik sebesar dua persen. Pertumbuhan ini lebih kecil dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar sembilan persen.
TV masih mendominasi dengan porsi belanja iklan sebesar 83%, meski juga mengalami perlambatan pertumbuhan. Tahun ini pertumbuhan belanja iklan TV adalah enam persen sementara di tahun sebelumnya mencapai 13%.
Sejak kuartal ketiga 2018, Nielsen menambahkan media Digital dalam pengukuran belanja iklan, dan sejak periode tersebut porsi belanja iklan Digital ini memberikan kontribusi sebesar Rp9,3 Triliun.
"Dengan demikian, total angka belanja iklan termasuk di media Digital mencapai Rp165 Triliun dimana Digital menyumbang 6% dari angka tersebut," ujar Hellen Katherina, Executive Director Nielsen Media untuk Indonesia, melalui rilis yang diterima, Kamis (19/9).
Nielsen Digital Ad Intel memonitor iklan dalam format Display dan Video, pada berbagai perangkat seperti laptop, desktop dan mobile. Hasil studi Nielsen Digital Ad Intel menunjukkan bahwa 52% iklan digital disampaikan dalam bentuk display dan sisanya (48%) dalam bentuk video.
Kategori produk yang paling banyak beriklan di media digital adalah layanan online, disusul oleh perangkat & layanan komunikasi.
Pengiklan terbesar ketiga datang dari kategori Kendaraan Pribadi, sementara itu kategori perawatan rambut dan susu cair berada di urutan keempat dan kelima yang paling banyak beriklan di media digital.
Dari sisi merek, 9 dari 10 yang beriklan di media digital datang dari kategori layanan online dan perangkat & layanan komunikasi. Vivo, Samsung dan Tokopedia adalah merek-merek yang mendominasi di urutan tiga teratas. Menyusul berikutnya adalah Hilo Chocolate Banana dan Oppo.
Dari tiga merek pengiklan terbesar tersebut di atas, Samsung adalah merek yang paling banyak mengalokasikan anggaran iklan di media digital yaitu sebesar 42%, dengan 444 bentuk kreatif iklan.
Tokopedia mengalokasikan 36% anggaran untuk beriklan di media digital dengan 17.351 bentuk kreatif iklan. Sementara itu Vivo dengan porsi iklan digital 26% memiliki 334 bentuk kreatif iklan.
Jika dilihat dari format iklan yang digunakan, video lebih disukai oleh para pemilik merek. Sebanyak 81% iklan Vivo disampaikan dalam bentuk video dan 19% dalam bentuk display. Serupa dengan Vivo, Samsung menempatkan 87% iklannya dalam bentuk video.
Berbeda dari kedua merek tersebut, Tokopedia lebih menyeimbangkan keduanya dengan menempatkan 54% iklannya dalam bentuk display dan 46% dalam bentuk video.
Dengan meningkatnya waktu yang dihabiskan konsumen untuk mengkonsumsi internet secara signifikan dari sekitar 2,5 jam menjadi lebih dari 3 jam per hari dalam tiga tahun terakhir, media digital telah diperhitungkan oleh pemilik merek sebagai salah satu pilihan utama untuk membelanjakan anggaran iklan mereka.
"Sebagai ‘pendatang baru’, media digital telah mampu menunjukkan eksistensinya dalam hal belanja iklan di tengah dominasi televisi," tutup Katherina. (OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved