Headline
Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.
Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.
SEKJEN Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) Cucu Sutara mengatakan bahwa saat ini stok garam industri semakin menipis. Itu sebabnya, pihaknya meminta agar kuota impor garam yang sebesar 2,7 juta ton segera direalisasikan.
Hingga Juni, realisasi impor garam sebesar 1,5 juta ton dari 2,7 juta ton tersebut.
"Itu termasuk untuk aneka pangan dan industri lain termasuk CAP (chlor alkali plant), industri kertas dan industri kimia. Artinya, masih banyak kekurangan, kurang lebih 1,1 juta ton yang belum diimpor," katanya seusai rakor tentang garam di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (20/8).
Ia memastikan, pihaknya tidak meminta penambahan kuota impor dari yang sebesar 2,7 juta ton itu. Pihaknya, kata dia, hanya meminta agar sisa kuota impor garam dari 2,7 juta ton tersebut segera direalisasikan.
"Karena ini kebutuhan sangat mendesak. Ada perusahaan-perusahaan penyuplai anggota kami yang sekarang sudah merumahkan karyawan, stop produksi, karena sudah habis bahan baku," ungkapnya
Baca juga: Panen Garam Sepanjang Masa
Ia mencontohkan PT Cheetham Garam Indonesia telah merumahkan 180 karyawannya karena sudah kehabisan stok bahan baku. "Percepat realisasi (impor garam industri) karena ini berkaitan dengan kebutuhan bahan dasar, bahan baku untuk industri," tambahnya.
Dari garam industri yang sudah diimpor sebesar 1,5 juta ton, Cucu mengutarakan stok yang masih ada saat ini sekitar 77 ribu ton dari semua industri. "Paling juga (stok garam industri) sampai September habis. Malahan sudah ada perusahaan yang sudah habis," ucapnya.
Maka itu, impor garam industri harus segera direalisasikan. Pasalnya, impor garam tersebut akan membutuhkan waktu satu hingga dua bulan. "Harus sekarang, segera (impor garam industri)," tandasnya.
Sementara itu, Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Abdul Rochim mengakui bahwa perindustrian memang membutuhkan stok garam dengan spesifikasi tertentu. "Spesifikasinya seperti di makanan dan minuman ada standar kandungan magnesium, kalsium. Yang jelas industri, apalagi mamin (makanan dan minuman), punya PDB cukup besar dan ekspor cukup besar sehingga butuh banyak," terangnya. (Nur/A-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved