Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Setop Hoaks soal Batang Toru

Mediaindonesia.com
08/5/2019 22:25
Setop Hoaks soal Batang Toru
Suasana Media Briefing PLTA Batang Toru Aman dan Ramah Lingkungan di Medan, Sumatra Utara, Rabu (30/1) lalu.(Antara/Irsan Mulyadi)

YAYASAN Ekosistem Lestari (YEL) diminta menyetop penyebaran informasi yang tidak benar atau hoaks mengenai pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Batang Toru, Tapanuli Selatan. Lembaga itu disarankan membuka diri untuk berdialog dan mencari sumber informasi yang benar.

Pernyataan itu disampaikan Raja Luat Sipirok gelar Sutan Parlindungan Suangkupon, Edward Siregar, di Sipirok, Tapanuli Selatan, seperti dikutip dari siaran pers, Rabu (8/5).

"Jangan lagi sebarkan informasi salah. Kalau tidak setuju, mari berdialog. Bertemu dengan masyarakat sini. Kita selalu terbuka," kata Edward didampingi tokoh adat Tawari Siregar gelar Mangaraja Tenggar.

Sebelumnya Manager Harian Program Batangtoru YEL Burhanuddin dalam keterangan di media menyatakan, pembangunan PLTA Batang Toru dengan pembukaan jalan pembangunan bendungan dapat mengakibatkan koridor atau perlintasan spesies langka orang utan dari blok barat ke blok timur dan blok selatan terputus.

Padahal, menurut Edward, koridor itu sudah terputus secara alami karena sungai Batang Toru yang lebar. Justru saat ini PLTA saat ini berupaya membangun beberapa koridor dan sangat menjaga satu kanopi hutan yang menghubungkan blok barat dan blok timur di Dusun Sitandiang, Desa Bulu Mario, Kecamatan Sipirok, Tapanuli Selatan.

Selain itu, dimunculkan juga tudingan tentang ancaman kepunahan orang utan tapanuli karena proyek tersebut. Tudingan ini sama saja menampik pernyataan yang sudah berulang kali disampaikan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Sebelumnya Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK Wiratno memastikan keberadaan orang utan aman dari aktivitas pembangunan PLTA Batang Toru. Saat ini pun ada satu tim yang terus memantau perkembangan orangutan di kawasan itu, memastikan keberadaan orang utan tetap terjaga.

Raja Luat menduga YEL dan LSM-LSM asing beserta peneliti asing yang berkampanye hitam menolak PLTA Batang Toru menggunakan sumber data salah sehingga menjadi hoaks. Hasil riset yang keliru itu sudah diakui pihak yang membuatnya karena faktanya salah. Namun informasi keliru itu justru terus disuarakan LSM-LSM asing tersebut.

Tawari Siregar menyatakan, dua pihak yang berbeda pendapat terbuka lebar peluang duduk bersama untuk menyatukan persepsi tentang pembangunan proyek strategis nasional ini. Pengelola PLTA pun bersedia berdiskusi dan mengkaji berbagai aspek secara ilmiah. Jadi titik temunya ada.

"Pembangunan pembangkit listrik ini bukan untuk masyarakat Sipirok  atau Tapanuli Selatan saja, melainkan untuk Indonesia. Hanya saja kebetulan dibangun di Sipirok. Sudahlah, mari kita bersama untuk Indonesia ini,"  ujar Tawari Siregar. (RO/X-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ahmad Punto
Berita Lainnya