Headline

Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.

BUMN Indonesia Lebih Unggul dari Malaysia

MI
14/3/2019 10:00
BUMN Indonesia Lebih Unggul dari Malaysia
(ANTARA FOTO/Audy Alwi)

Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menilai kinerja badan usaha milik negara (BUMN) sepanjang 2018 mampu menyalip BUMN tetangga, seperti Malaysia dan Singapura. Hal itu tidak terlepas dari peran perusahaan-perusahaan yang sudah listed atau melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dalam seminar bertajuk prospek BUMN di tahun politik di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, kemarin, Managing Director Lembaga Management Fakultas Ekonomi Bisnis UI Toto Pranoto menyebut, tahun lalu aset BUMN mencapai Rp8.092 triliun atau tumbuh 12,23 % jika dibandingkan dengan 2017 yang sebesar Rp7.210 triliun. Dalam kinerja operasional pun, menurut dia, kinerja perusahaan pelat merah milik pemerintah cukup memuaskan ditandai dengan pertumbuhan ekuitas 4,16% dari Rp2.380 triliun di 2017 menjadi Rp2.479 triliun di 2018.

Begitu pula dengan pertumbuhan laba dari Rp186 triliun menjadi Rp188 triliun di 2018. Selain itu, kontribusi BUMN terhadap negara dalam bentuk dividen, pajak, dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga tumbuh 19,21% atau sebesar Rp422 triliun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. "Data kinerja perusahaan pelat merah yang dirilis Kementerian BUMN beberapa waktu lalu menunjukkan daya saing tersendiri jika dibandingkan dengan BUMN di Malaysia dan Singapura," kata Toto.

Menurutnya, untuk pertama kali pascareformasi 1998, BUMN Indonesia unggul jika dibandingkan dengan BUMN Malaysia. Kinerja Khasanah (sebutan BUMN di Malaysia) tahun lalu justru menurun. Terbukti dari kerugian yang diderita sebesar 6,3 miliar ringgit Malaysia atau sekitar US$1,5 miliar atau Rp21 triliun.

Baca Juga:Enam Sektor BUMN Akan Dibuat Menjadi Holding di 2019

Dalam dinamika bisnis dan daya saing global yang cukup menekan di berbagai bidang, seperti konflik AS dan Tiongkok, kata Toto, cukup berpengaruh pada kinerja Khasanah. Penurunan kerja Khasanah disebabkan kondisi fundamental perusahaan yang kurang baik, volatilitas pasar yang meningkat, dan dipengaruhi adanya perubahan regulasi. Keterpurukan itu, kata dia, membuat pemerintah Malaysia sejak awal 2019 mulai melirik keberhasilan model pembangunan BUMN Indonesia.

Namun demikian, Toto mengingatkan, agar BUMN Indonesia tetap harus beradaptasi dengan model bisnis yang menekankan pada penempatan profesional pada pimpinan pucuk, meningkatkan transparansi melalui listed di bursa, serta membangun paradigma pengelolaan portofolio. (*/E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : PKL
Berita Lainnya