Pasar Modal, Kualitas dan Kuantitas Harus Seimbang
Wibowo
20/12/2015 00:00
(Antara)
PENAMBAHAN jumlah investor pasar modal menjadi salah satu dari empat program utama Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dinakhodai Tito Sulistio.
Aksi tersebut harus didukung dengan keaktifan transaksi. Saat ini jumlah total investor pasar modal sebanyak 409.042 per September 2015 dengan yang aktif per bulan hanya 52.673 atau setara dengan 12,88%. Sedangkan yang aktif dalam setahun minimal sekali transaksi 125 ribu (30%).
Tito mengatakan pialang berperan meningkatkan investor atau transaksi saham di pasar modal dalam negeri. Sementara ini keaktifannya sudah menurun.
"Udah lama gak liat bikin edukasi. Lama-lama ketinggalan, bisa kalah sama investor asing," ujarnya dalam pembukaan acara Kongkow Akbar Akhir Tahun 2015 bertajuk Mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) Sektor Jasa Keuangan Indonesia Yang Handal dan Kompetitif Memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2016 di Gedung BEI, Jakarta.
Untuk meningkatkan jumlah investor pasar modal, otoritas bursa akan melaksanakan sejumlah program yang menarik minat masyarakat berinvestasi di saham. Seperti program Yuk Nabung Saham Expo 2015 melalui kerja sama dengan Kliring Penjaminan Efek Indonesia, Kustodian Sentral Efek Indonesia, dan didukung oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) aktif melakukan serangkaian program dan sosialisasi. Tiap bulan disini harus ada Expo, bulan depan ada Reksa Dana Expo, bulan depannya lagi Syariah Expo," terang Tito.
Peningkatan investor akan membantu untuk menyeimbangkan kapitalisasi pasar modal. Kondisi saat ini dimana 10 emiten menguasai 50% market capitalization dianggap kurang seimbang. Apalagi ketika BEI mengejar target untuk pasar modal yang terbesar di Asia Tenggara (ASEAN) dalam jangka waktu lima tahun mendatang.
Menurut Tito, BEI sedang meningkatkan emiten di pasar modal dalam negeri. Perbedaan Indonesia dan Malaysia dalam jumlah perusahaan publik yang mencapai 380 harus dipangkas. Selain emiten, otoritas bursa juga meningkatkan pialang saham dalam kuantitas.
"Sehingga perbandingan antara emiten dengan broker tidak bisa kurang daripada tujuh," ucapnya.
BEI juga sedang meningkatkan reputasi dan wibawa otoritas pasar modal Indonesia. Untuk merealisasikan program tersebut, fungsi pengawasan harus dilaksanakan.
Sementara itu, Ketua Umum IPEI (Ikatan Pialang Efek Indonesia) periode 2008-2012 Saidu Solihin mengungkapkan pialang yang aktif hanya 3 ribu dari pemegang lisensi sebanyak 13 ribu. Realita itu mengkhawatirkan. Karena tenaga pasar modal bersertifikat profesi berperan untuk merealisasikan target jumlah investor mencapai 1 juta dari posisi saat ini sebanyak 409.042.
"Dibutuhkan peningkatan hingga 300% tenaga profesional dari pasar modal," katanya.
Adapun IPEI Institute menargetkan jumlah lisensi profesional pasar modal sebanyak 1.000-2.000 setiap tahunnya melalui program pendidikan yang membantu untuk mendapatkan izin profesi perorangan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk wakil perantara pedagang efek (WPPE), wakil penjamin emisi efek (WPEE), dan wakil manajer investasi (WMI).
Serta melaksanakan seminar dengan menghadirkan narasumber dari dalam dan luar negeri dengan target peserta pekerja di sektor industri keuangan non bank (IKNB), pasar modal, emiten, dan umum.
Sebelumnya IPEI sudah mengadakan sharing session dan try out (SSTO) tiga jenis ujian pasar modal.
Direktur Pengembangan BEI Nicky Hogan mengungkapkan tingkat literasi, inklusi, dan utilisasi pasar modal paling rendah dibandingkan industri keuangan. "Bahkan dibandingkan Pegadaian kita kalah," tambahnya.
Kondisi itu mengkhawatirkan karena kapitalisasi pasar modal sebesar 4.500 triliun merupakan unggulan dibandingkan sektor keuangan.
Nicky memaparkan bahwa selama ini ketertarikan publik terhadap kegiatan berinvestasi di pasar modal mencapai 80%. Namun respon itu berhenti dengan menyatakan minat. Untuk itu BEI saat ini melibatkan perusahaan efek sehingga masyarakat berpartisipasi dengan membuka rekening hingga aktif bertransaksi
Deputi Komisioner Pengawas IKNB II OJK Dumoly F Pardede dalam sambutannya pada acara Kongkow Akbar Akhir Tahun 2015 bertajuk Mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) Sektor Jasa Keuangan Indonesia Yang Handal dan Kompetitif Memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2016 mengatakan sedang 'mewarnai' IKNB menjadi sounds dan understand market. Caranya dengan mengubah mekanisme investasi.
Ia mengatakan OJK akan merevisi perubahan investasi di industri asuransi. Sebelumnya sudah dilaksanakan di sektor pembiayaan.
OJK membuat Peraturan OJK tentang pembiayaan investasi untuk modal kerja, konsumsi/konsumen, manufacturing, dan multiguna (everything). (Q-1)