Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
GUBERNUR Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan keputusan pemerintah Amerika Serikat (AS) yang melakukan government shutdown hingga memasuki hari ke-11 kemarin bisa berakibat pada melambatnya pertumbuhan ekonomi AS.
Government shutdown merupakan penutupan sementara pemerintah AS akibat belum disetujuinya anggaran yang diajukan Presiden AS Donald Trump oleh Kongres AS.
Menurut Perry, government shutdown akan berdampak pada dua hal. Pertama, geliat pertumbuhan ekonomi AS tidak akan setinggi sebelumnya akibat tidak adanya stimulus fiskal.
“Diperkirakan, pada tahun ini, ekonomi AS akan turun dari 2,5% menjadi 2%,” ungkap Perry ketika ramah tamah BI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), di Jakarta, Rabu (2/1).
Kedua, kondisi tersebut akan menurunkan tingkat kepercayaan pasar terhadap kinerja ekonomi AS ke depannya. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila terjadi koreksi di pasar saham AS yang kemudian memberikan dampak terhadap keuangan negara itu.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menjelaskan tekanan ekonomi pada 2019 akan lebih mild, atau ringan, jika dibandingkan dengan tahun lalu.
“Pada 2018 berat sekali, volatilitas nilai tukar berat sehingga harus direspons dengan kenaikan suku bunga. Kenaikan suku bunga di AS sudah lebih mild meski rencananya akan naik dua kali pada 2019,” kata Wimboh saat pembukaan perdagangan pasar modal awal 2019, di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1).
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo menambahkan, perbankan cukup optimistis pada 2019. Pasalnya sampai akhir tahun perbankan bisa mengendalikan pertumbuhan kredit secara market di atas 12% dan menjaga rasio kredit bermasalah (NPL).
“Harapannya kalau nanti sisi politis juga lancar dan tidak ada kendala, harusnya capital inflow masuk. Harapannya transaksi berjalan (CAD) membaik, dana pihak ketiga juga meningkat agar likuiditas meningkat,” ucap Tiko, biasa ia disapa. (Try/E-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved