Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
PEREKONOMIAN dunia di tahun 2018 ternyata lebih berfluktuasi melebihi dari perkiraan di awal tahun ini. Dampaknya dirasakan oleh ekonomi domestik melalui fluktuasi di pasar keuangan dan menurunnya kinerja ekspor yang melebarkan defisit neraca perdagangan di tahun 2018.
Namun, di tengah kondisi global yang penuh dengan tantangan, perekonomian Indonesia masih mampu menunjukkan kinerja yang sangat baik.
"Hal tersebut dapat terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dan inflasi yang tetap stabil di sepanjang tahun 2018," ujar Direktur Keuangan Bank Mandiri Panji Irawan dalam Outlook Ekonomi Indonesia 2019, di Jakarta,Rabu (12/12).
Data terakhir menunjukkan bahwa perekonomian nasional sampai dengan triwulan ketiga tahun ini mampu tumbuh sebesar 5,2% secara year-to date (ytd), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama di tahun 2016 dan 2017 yang masing-masing sebesar 5,1% ytd dan 5% ytd.
Sementara itu, laju inflasi dilaporkan tetap stabil. Inflasi Indonesia sampai dengan bulan November 2018 berada pada level 3,2% secara
year-on-year (yoy) atau 2,5% ytd, masih berada dalam rentang target Bank Indonesia tahun ini yang sebesar 3,5 ± 1%.
Panji Irawan mengatakan menjelang tahun 2019, kondisi perekonomian global diperkirakan masih diliputi oleh ketidakpastian. Beberapa risiko global ke depan yang cukup besar antara lain kemungkinan berlanjutnya perang dagang AS-Tiongkok yang dapat menahan pemulihan ekonomi global, kenaikan suku bunga kebijakan di AS, serta pelemahan harga komoditas.
"Sejalan dengan kondisi ekonomi dalam negeri yang terus membaik, kinerja industri perbankan Indonesia juga menunjukkan peningkatan," jelas Panji.
Hal ini ditunjukkan oleh pertumbuhan kredit dan profitabilitas yang terus meningkat, serta kualitas aset yang stabil. Sampai dengan bulan September 2018, kredit industri perbankan Indonesia tumbuh 12,1% yoy.
Capaian ini merupakan pertumbuhan kredit tertinggi dalam empat tahun terakhir. Bank-bank terbesar (Bank Mandiri, BRI, BCA, dan BNI) mencatatkan pertumbuhan laba bersih cukup tinggi, rata-rata sebesar 14,3%.
Rasio kredit bermasalah (NPL) industri perbankan juga terus menunjukkan tren penurunan dalamempat bulan terakhir secara berturut-turut, dari 2,79% pada bulan Mei 2018 menjadi 2,66% pada bulan September 2018.
Namun demikian, industri perbankan Indonesia masih memiliki tantangan yang cukup besar ke depannya, yaitu tren kenaikan suku bunga acuan, kondisi likuiditas yang mengetat, dan volatilitas nilai tukar rupiah.
"Ke depan kami cukup optimis dengan kinerja ekonomi dan juga industri perbankan nasional. Hal ini didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang diproyeksi akan lebih baik dari tahun ini, serta kembali stabilnya kondisi politik setelah penyelenggaraan pemilu Presiden dan legislatif 2019," ungkap Panji lagi.
Sejalan dengan kondisi ekonomi dan industri perbankan Indonesia yang membaik, kinerja Bank Mandiri juga terus menunjukkan perbaikan.
Dari sisi Neraca, kredit secara konsolidasian tumbuh sebesar 13,8% yoy menjadi sebesar Rp781,1 triliun dimana pertumbuhan paling tinggi berasal dari segmen Large Corporate (tumbuh 28,7% yoy) dan Micro (tumbuh 27,1% yoy).
Pertumbuhan Kredit ini diiringi dengan perbaikan kualitas aset dimana rasio Gross NPL dapat ditekan menjadi 3,01%, atau turun 74 bps dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) secara konsolidasian tumbuh sebesar 9,2% yoy menjadi sebesar Rp831,2 triliun, dengan komposisi Dana Murah sebesar 64,5% dari total DPK.
Dari sisi Laba-Rugi, Pendapatan Bunga Bersih tumbuh sebesar 4,2% yoy menjadi Rp40,5 triliun. Sementara Pendapatan Non-Bunga tumbuh sebesar 11,4% yoy menjadi Rp18,8 triliun, terutama diperoleh dari bisnis Forex Treasury, Cash Recovery, dan Penyelesaian Masalah Pajak.
Dengan pengendalian biaya yang ketat, Biaya Operasional Bank Mandiri juga dapat terjaga sehingga hanya tumbuh 6,3% yoy. Pada akhirnya, Laba Bersih Bank Mandiri dapat tumbuh sebesar 20% yoy menjadi Rp18,1 triliun, yang ditopang oleh Pertumbuhan Laba Operasional Sebelum Beban Cadangan (PPOP) yang baik dan Biaya Kredit yang lebih rendah.
"Ke depannya kami sangat optimis kinerja Bank Mandiri akan terus membaik, didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang stabil dan juga membaiknya kinerja industri perbankan secara keseluruhan," tukas Panji. (A-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved