Empat Peternak sapi perah asal Pangalengan dan Lembang, pemenang Kompetisi Farmer's to Farmer's yang diselenggarakan Friesien Flag merasa bersyukur bisa melihat langsung tata kelola sapi perah di Belanda.
Banyak pelajaran berharga yang didapat selama tinggal di keluarga peternak di Negeri Kincir Angin.
Keluarga Gerber Smeenk memang memperlakukan peternak asal Bandung Enang Sulaeman dan Barjat Sudrajat Miska sebagai anggota timnya. Semua proses mulai dari memelihara pedet (anak sapi), sapi dara, sapi kering susu, dan sapi laktasi melibatkan kedua peternak tersebut.
Hal yang sama dirasakan Dede Rahmat Endang dan Warpu yang tinggal di Peternakan Wendy. Mereka melihat proses pembuatan silase, pemberian pakan mulai dari pedet hingga sapi laktasi, sampai sistem pemerahan sapi yang menggunakan robot.
Wendy mengaku menginvestasikan sistem robot karena lebih efisien. Dengan investasi 100 ribu euro, ia tidak perlu repot untuk memerah susu, karena sapi datang sendiri ke tempat pemerahan dan robot akan mendeteksi sendiri apakah sapi yang datang sudah waktunya untuk diperah atau belum. Kalau memang sudah waktunya maka robot akan membersihkan ambing sapi dan kemudian robot memasangkan alat perah ke ambing untuk kemudian memerahnya.
Menurut Wendy, sekarang sekitar 27% peternak di Belanda sudah menggunakan sistem robot untuk memerah. Dengan cara itu, Wendy cukup bekerja hanya dengan suaminya dan tiga tenaga lepas yang bekerja secara bergantian masing-masing dua hari dalam seminggu.
Enang mengaku kagum dengan tata kelola sapi perah di Belanda. Meski tidak mungkin semua dilakukan di tempatnya di Pangalengan, namun ada beberapa hal yang bisa tetap diterapkan begitu pulang nanti.
"Menurut saya pengalaman ini benar-benar "Wow". Memang terlalu modern untuk saya terapkan di Pangalengan, tetapi ada hal yang bisa saya lakukan dari pengalaman belajar di Belanda ini," kata Enang.
Barjat yang tinggal di Lembang mengaku akan menerapkan cara pemeliharaan pedet yang lebih efektif dan pembuatan pakan serta pemberian pakan yang lebih efisien. "Paling tidak bagaimana memelihara pedet saya akan terapkan. Karena pemeliharaan pedet merupakan kunci kelangsungan usaha," ujan Barjat.
Kompetisi F2F baru pertama kali dilakukan Friesien Flag. Pendamping peternak Mokhamad Rizki melihat hal yang baik dari pengiriman langsung peternak ke Belanda. Para peternak bisa melihat sendiri tata kelola yang baik, yang selama ini hanya mereka dengar.
"Sebelum berangkat ke Belanda terus terang banyak keraguan dari para peternak. Bahkan mereka bertanya, untuk apa saya ke Belanda? Tetapi sesudah melihat sendiri, mereka terbuka matanya," kata Rizki.
Friesien Flag merupakan perusahaan susu milik Koperasi Peternak Sapi Perah Belanda, Belgia, dan Jerman. Perusahaan yang dimiliki 18 ribu peternak ini sudah berdiri sejak 1879 dan membangun perusahaan di Indonesia sejak 1967. (Q-1)