Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Harga Premium dan Solar Tetap Hingga Tiga Bulan Mendatang

Iqbal Musyaffa
30/9/2015 00:00
 Harga Premium dan Solar Tetap Hingga Tiga Bulan Mendatang
(ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)
Pemerintah menetapkan pengaturan dan evaluasi harga premium dan solar akan dilakukan setiap tiga bulan sekali. Dan untuk Oktober hingga Januari mendatang harga Premium tetap Rp 7300/liter di luar Jawa, Madura, dan Bali. Sementara solar tetap Rp 6900/liter.

Hal ini berlaku mulai 1 Oktober hingga 3 bulan mendatang dan seterusnya. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said seusai rapat pimpinan di Jakarta, Rabu (30/9) mengatakan membutuhkan waktu satu tahun sejak kebijakan pencabutan subsidi BBM untuk mengkaji mekanisme yang tepat dalam pengaturan harga BBM.
"Kita berusaha dan cari pola yang baik berapa bulan sekali (untuk penetapan harga BBM)," ujar Menteri Sudirman.

Menurutnya pemerintah saat ini sudah yakin penetapan harga BBM diputuskan setiap 3 bulan sekali untuk menjaga stabilitas daya beli masyarakat.

"Agar fluktuasinya tidak terlalu sering dan juga tidak terlalu panjang penetapannya apabila ditetapkan setiap 6 bulan, maka kita pilih opsi 3 bulan," tambahnya.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas IGN Wiratmaja Puja mengatakan kajian pemerintah selama ini adalah penetapan harga BBM setiap 1, 3, dan 6 bulan.

"Semua sudah dievaluasi. Kalau kita lihat, parameternya harga mops. Mayoritas BBM impor, sehingga dipengaruhi kurs dan biaya transportasi. Cost of transportation harus dicover karena kita negara kepulauan. Semua harus kebagian BBM. Kita juga pertimbangkan pajak," katanya.

Wiratmaja mengatakan hasil evaluasi apabila harga BBM ditetapkan per 6 bulan, maka harga premium per 1 Oktober sebesar Rp8.300/liter dan solar Rp6.750/liter. "Dengan simulasi 3 bulan, harga premium penugasan Rp7.900/liter, dan solar Rp6.250 per liter."

Harga mops premium dan solar berbeda penurunannya. Mops premium turun 8% dan solar turun 18%. "Ada anomali sedikit. ICP turun 18%. Kilang di dunia turn arround. Mogas 92 agak tinggi harganya."

Apabila harga BBM ditetapkan setiap 1 bulan sekali, maka harga premium di Oktober sebesar Rp7.450/liter, sedangkan solar Rp6.150/liter. "Kita kan sudah tahan selama enam bulan, harga premium dan solar tidak naik dan tidak turun. Tentu ada delta positif dan negatif. Mei, Juni, dan Juli harga minyak tinggi dan kita evaluasi. Kita tahan di sana. Untuk solar kan ada delta positif. Premium negatif sedikit karena ditahan 6 bulan."

Wiratmaja memastikan hingga Januari mendatang tidak akan ada penaikan ataupun penurunan harga premium dan solar. "Sekarang kalau dilihat, harga premium harusnya Rp7.900/liter dan solar turun jadi Rp6.250/liter. Keputusan pemerintah untuk jaga stabilitas perekonomian dan ketenangan bisnis, pemerintah tetapkan harga BBM tetap di Rp7.300 untuk premium penugasan dan Rp6.900 untuk solar."

Penghitungan harga tersebut menurut Wiratmaja menggunakan mops selama tiga bulan untuk mogas 92 sebesar US$66,71/barel dan mops US$61,62/barel untuk solar dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar rata-rata sebesar Rp13.708/US$.

Lebih lanjut, pengaturan selama 3 bulan tidak berlaku untuk pertamax dan pertamax plus yang diserahkan kepada Pertamina dalam pengaturan harganya sebagai aksi korporasi. Meskipun ada selisih harga antara harga premium seharusnya dan harga yang ditetapkan selama tiga bulan ke depan, Wiratmaja memastikan tidak ada kerugian yang dialami Pertamina

"Nanti selisihnya pemerintah yang bayar. Itu bukan beban Pertamina, tapi beban pemerintah. Dananya bisa berasal dari PMN ataupun dana ketahanan energi nantinya. Ada banyak opsi. Yang penting Pertamina tidak boleh rugi."

Sementara itu, Vice President Corporate Communication PT Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan konsumsi harian premium sebesar 75 juta liter sementara solar sebesar 30 juta liter. Meskipun tidak ada penurunan harga solar yang memang seharusnya turun, tetapi itu tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap pendapatan perusahaan.

“Meskipun ada anggapan Pertamina untung karena solar tidak turun, tetapi sebenarnya sama saja karena kita tidak bisa mengambil keuntungan dari harga premium yang seharusnya naik. Dari volume konsumsi saja jelas lebih banyak premium sehingga lebih banyak keuntungan yang tidak bisa kita dapatkan dari premium,” jelasnya.

Selain itu, menurut Wianda saat ini Pertamina terus berusaha meningkatkan penjualan BBM nonsubsidi atau BBM yang harganya ditetapkan sendiri oleh Pertamina. Saat ini sudah mulai banyak masyarakat yang beralih menggunakan Pertalite sebagai pengganti premium.

“Masyarakat yang beralih menggunakan Pertalite sudah sekitar 13% dari 75 juta liter pengguna harian premium. Tetapi itu masih kecil karena baru ada 1000 SPBU yang menyediakan Pertalite.”(Q-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya