Terlalu Andalkan Bank, Keajekan Pertumbuhan Korporasi Hadapi Risiko
Irana Shalindra
12/4/2015 00:00
(MI/Liliek Dharmawan)
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman D Hadad menyampaikan bahwa sektor korporasi harus mendapat dukungan tambahan pembiayaan jangka panjang dari sektor pasar modal untuk menambah pembiayaan dari sektor perbankan. “Kita harus mengupayakan terwujudnya keseimbangan yang baik antara industri perbankan dan pasar modal (strike the balance) dalam memberikan pembiayaan sektor korporasi. Kita membutuhkan pasar modal yang lebih berkembang untuk menyediakan alternatif sumber pembiayaan jangka panjang yang kurang dapat disediakan oleh Industri perbankan. Namun, pembiayaan dari perbankan tetap akan dibutuhkan bagi sektor korporasi yang tidak terlayani pasar modal,†kata Muliaman seperti dikutip dari siaran persnya, Minggu (12/4). Pernyataan itu ia sampaikan saat berbicara dalam pertemuan Perwakilan dari G20 dan negara-negara anggota Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dalam G20/OECD Corporate Governance Forum, di Istanbul, Turki, Sabtu (11/4)
Pada forum itu, Muliaman D Hadad diminta menjadi salah satu pembicara dalam sesi “Corporations and Capital Markets in Emerging Economiesâ€, mengenai persoalan bahwa akses terhadap pemodalan merupakan tantangan khusus di banyak negara berkembang. Di negara-negara itu, pesatnya sektor korporasi tidak selalu sejalan dengan berkembangnya pasar modal. Mismatch tersebut berpotensi menghalangi terciptanya pertumbuhan sektor korporasi yang stabil dan memaksa perusahaan swasta untuk terlalu mengandalkan pinjaman jangka pendek dari perbankan.
Muliaman Hadad menyampaikan, dalam dua dekade terakhir emerging market telah menunjukkan perkembangan yang signifikan menuju intermediasi keuangan yang lebih berbasis pasar (market based financial intermediation). Hal ini sejan dengan upaya beberapa jurisdiksi dalam membangun pasar ekuitas dan obligasi domestik yang lebih dalam dan risilient.
Bank versus Market Based Financing adalah perdebatan lama. Setiap pasar akan memiliki ketergantungan dan evolusinya sendiri-sendiri. Pada akhirnya pilihan perusahaan akan tergantung pada biaya mengakses pasar untuk mengumpulkan dana dan juga fleksibilitas serta kecepatan untuk mendapatkan dana. Sampai saat ini peran perbankan dalam menyediakan sumber pembiayaan bagi korporasi masih lebih dominan dibandingkan pasar modal apalagi pembiayaan di sektor korporasi menengah. Di Indonesia, 70% dari pembiayaan untuk aktivitas ekonomi masih bersumber dari perbankan.
Hal ini terjadi antara lain karena perbankan telah memiliki jaringan yang luas dan tersebar di berbagai daerah sehingga lebih dekat dengan mereka. Faktor lainnya adalah tingkat literasi keuangan terkait industri pasar modal yang jauh lebih rendah dibandingkan perbankan yang membuat mereka enggan untuk berinteraksi dengan Pasar Modal.
Menurut Muliaman, para regulator harus waspada pada risiko signifikan yang ditimbulkan oleh kedua pasar ini dengan menjaga adanya kompetisi yang sehat di antara dua pasar tersebut. Sebagai intermediari yang well capitalized dan kuat merupakan kunci untuk mewujudkan pasar modal yang dalam dan likuid. “Dan ini sejalan dengan filosofi pembangunan kami. Kami menginginkan kegiatan lintas industri yang lebih besar yang pada akhirnya akan meningkatkan partisipasi dari seluruh pemangku kepentingan, mengurangi hambatan terhadap akses keuangan dan mewujudkan inklusivitas keuangan yang lebih besar,†katanya. (RO/E-2)