Indonesia Jadi Tuan Rumah Perhelatan World Economic Forum
Tesa Oktiana Surbakti
10/4/2015 00:00
(AFP/FABRICE COFFRINI)
Indonesia menjadi tuan rumah World Economy Forum on East Asia (WEF-EA) yang akan digelar pada 19-21 April mendatang. Sebanyak 700 chief excecutive officer (CEO) dari ratusan perusahaan bonafit akan menghadiri perhelatan yang mengusung tema 'Anchoring Trust in East Asia's New Regionalism'.
Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Bachrul Chairi menyebutkan para pemimpin perusahaan itu berasal dari Kokusai Kogyo, The Coca Cola Company, Kaiser Permanente dan Mastercard.
Di samping itu beberapa pemimpin dunia dari tingkat presiden asal Ethiopia, Kamboja, Mali dan beberapa wakil presiden dari Rusia, Tanzania dan Vietman turut hadir langsung untuk mendengarkan potensi dan perkembangan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur.
"Sisanya terdapat 25 menteri dari berbagai negara dan 8 pemimpin organisasi internasional. Acara berkumpulnya pemimpin dunia dan pemimpin perusahaan berskala besar ini akan membahas isu-isu regional dan global untuk mengembangkan kerja sama bilateral dan ekonomi," tutur Bachrul, di Jakarta, Jumat (10/4).
Bachrul mengungkapkan acara ini turut memanfaatkan momentum berlangsungnya Konferensi Asia Afrika (KAA) yang juga jatuh pada bulan yang sama. Menurutnya, dialog dan diskusi penting untuk meningkatkan kepercayaan dalam sebuah hubungan ekonomi antar negera apalagi di kawasan Asia Timur. Sebab beberapa waktu terakhir, kawasan itu tidak lepas dari konflik.
"Komunikasi dalam ekonomi itu penting, agar tidak ada misunderstanding dalam memandang arah pembangunan masing-masing negara," paparnya.
Adapun Indonesia dipilih menjadi tuan rumah WEF kedua kalinya setelah 2011 lalu, mengingat pertumbuhan negara ini dinilai potensial. Pun notabene Indonesia merupakan bagian dari kawasan Asia Timur yang rata-rata pertumbuhannya sudah melampaui pertumbuhan ekonomi dunia, yaitu di atas 7%. "Banyak negara-negara yang sudah makmur di kawasan Asia Timur. Sebut saja Tiongkok, Korea Selatan dan Australia," ungkap Bachrul.
Di samping itu, Indonesia perlu menseriusi forum berkumpulnya stakeholder dari berbagai belahan dunia untuk mendatangkan investasi. Apalagi mengingat sasaran Nawacita, Indonesia diketahui masih kekurangan US$430 miliar untuk mencapai program pembangunan di lima tahun sedangkan. Sedangkan sejauh ini Indonesia baru menganggarkan US$129 miliar.
"Inilah kesempatan menjual program-program pembangunan dan kebijakan kita kepada dunia untuk menarik investasi. Secara khusus WEF mengundang 16 perwakilan kementerian, untuk memaparkan oportuniti soal potensi pertumbuhan ekonomi dari segi politik luar negeri, pariwisata, energi, pertanian, komunikasi," terang Bachrul.
Ditanyai berapa nilai investasi yang bakal diserap Indonesia dari gelaran yang memasuki tahun ke-24 ini, Bachrul belum bisa sesumbar. "Angka pastinya belum ada ya. Cuman melihat potensi siapa saja yang hadir, pasti besar sekali manfaatnya," seloroh dia.
Lebih jauh dia menyebut rangkaian acara dalam WEF mencakup business matching sekaligus pameran yang menunjukkan potensi perdagangan, maritim dan pembangunan infrastruktur di Indonesia serta negara-negara peserta lainnya.(Tes/E-5)