Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
PRESIDEN Joko Widodo mengatakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, ada sejumlah hal yang mesti dijaga, di antaranya daya beli dan peningkatan investasi serta daya saing ekspor.
Khusus ekspor, dia meminta kepada jajarannya agar menghilangkan hambatan yang selama ini ada. "Berbagai hambatan ekspor, baik di perizinan, perbankan, maupun pembiayaan termasuk pajak dan kepabeanan, harus segera kita hilangkan," ujarnya saat membuka rapat terbatas dengan topik lanjutan pembahasan kebijakan ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal 2019, di Kantor Presiden, Jakarta, kemarin siang.
Sore harinya, Kepala Negara meninjau infrastruktur pelabuhan sekaligus melepas ekspor komoditas dengan kapal kontainer ukuran raksasa ke berbagai negara dari Pelabuhan Tanjung Priok. Presiden tiba di Jakarta International Container Terminal (JICT) Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, sekitar pukul 17.00 WIB.
"Melalui ekspor dengan kapal besar kita ingin tunjukkan bahwa ekonomi kita tetap berjalan dengan baik, ekonomi kita tetap tangguh dan terus bergerak, dan tujuan ekspor kali ini ialah Amerika Serikat," kata Presiden.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis kemarin, meski nilai ekspor Indonesia April 2018 menurun 7,19% ketimbang Maret 2018, secara kumulatif nilai ekspor Januari-April 2018 meningkat 8,77% dari periode yang sama tahun lalu (lihat grafik).
Menurut Kepala BPS Suhariyanto, penurunan nilai ekspor pada April 2018 terjadi karena melemahnya ekspor, baik migas maupun nonmigas. Penurunan ekspor migas, kata dia, lebih disebabkan berkurangnya ekspor hasil minyak sebesar 3,60% menjadi US$115,6 juta dan ekspor minyak mentah yang turun 39,05% menjadi US$281,2 juta.
Pria yang akrab disapa Kecuk itu mengatakan kinerja ekspor Indonesia yang menurun, terutama ke beberapa negara mitra dagang utama seperti Tiongkok dan AS, lebih disebabkan pengaruh situasi perdagangan dunia yang bergejolak.
"Ada potensi Tiongkok menahan produksi. Hal ini terlihat dari menurunnya ekspor bahan bakar mineral, besi baja, serta lemak dan minyak hewan nabati," ujarnya.
Kecuk mengungkapkan penurunan ekspor Indonesia ke Tiongkok per April 2018 mencapai US$537 juta ketimbang Maret 2018 (month to month/M to M). 'Negeri Tirai Bambu' merupakan salah satu pangsa ekspor terbesar Indonesia dengan kontribusi hingga 15,24%. Nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Tiongkok tercatat US$1,81 miliar.
Faktor global
Kecuk pun menekankan pentingnya mewaspadai situasi perdagangan dunia, dari fluktuasi harga komoditas, gejolak politik di sejumlah kawasan, hingga potensi perang tarif AS dan Tiongkok.
Presiden Jokowi dalam rapat terbatas di Istana Presiden, Jakarta, juga mengingatkan jajarannya untuk selalu waspada terhadap ketidakpastian ekonomi global.
Menurut Presiden, volatilitas keuangan global yang dipicu kebijakan normalisasi moneter di Amerika Serikat mengakibatkan depresiasi mata uang negara-negara di dunia, tidak terkecuali Indonesia.
"Tapi Alhamdulillah, jika dibandingkan dengan negara-negara lain, kita jauh lebih baik," ujarnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved