Headline

Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.

Suku Bunga BI Diprediksi Naik 25 Bps

Tes/E-3
23/2/2018 07:51
Suku Bunga BI Diprediksi Naik 25 Bps
(MI/Adam Dwi)

SUKU bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7-Day Reserve Repo Rate diprediksi akan mengalami kenaikan 25 basis poin (bps) pada kuartal akhir 2018. Hal itu tidak lepas dari dampak kebijakan Bank Sentral AS (The Federal Reserve) yang berencana meningkatkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR) hingga tiga kali sepanjang tahun.

"Kami melihat BI nantinya menaikkan suku bunga acuannya satu kali sekitar kuartal IV 2018. Ini merupakan risiko karena BI harus lebih responsif terhadap faktor eksternal," ungkap ekonom PT United Overseas Bank (Bank UOB) Enrico Tanuwidjaja dalam media gathering, di Jakarta, kemarin.

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) belum lama ini, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level 4,25%, dengan suku bunga deposit facility sebesar 3,50% dan lending facility sebesar 5,00%. Dengan prediksi kenaikan 25 bps, suku bunga acuan akan berubah menjadi 4,5% pada akhir tahun.

Lebih lanjut, Enrico menyampaikan kenaikan suku bunga sebesar 25 bps merupakan kebijakan yang konsisten. Pasalnya, terdapat ancaman arus modal asing keluar (capital outflow), instabilitas nilai tukar rupiah hingga gejolak inflasi.

Enrico juga memprediksi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada pada kisaran 13.500 pada akhir 2018. Sepanjang 2017, menurut dia, volatilitas rupiah relatif berbeda. Namun, tahun ini yang terjadi akan sebaliknya.

Ini tidak lepas dari gejolak inflasi pada paruh akhir 2018 akibat pemilihan kepala daerah (pilkada) dan perhelatan IMF-World Bank Annual Meeting di Bali pada Oktober 2018. Artinya, permintaan domestik akan terjadi pada periode tersebut.

Di sisi lain, lanjut Enrico, Bank UOB memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2018 berkisar 5,3%. Proyeksi itu lebih rendah dari target pertumbuhan ekonomi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar 5,4%.

Menurut dia, upaya pemerintah dalam memperluas peranan swasta atau asing dalam proyek infrastruktur melalui skema PPP atau PINA berpotensi mendongkrak pertumbuhan ekonomi. "Gencarnya pembangunan infrastruktur juga akan menstimulus pertumbuhan industri, seperti manufaktur dan pariwisata. Kontribusi ekspor atas PDB (produk domestik bruto) pun harus dipacu apalagi di tengah pergerakan rupiah yang mendukung," tutupnya.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya