Headline
Surya Paloh menegaskan hak istimewa parpol harus diiringi dengan tanggung jawab.
Surya Paloh menegaskan hak istimewa parpol harus diiringi dengan tanggung jawab.
KEMENTERIAN Perindustrian (Kemenperin) menargetkan investasi di bidang industri pengolahan nonmigas pada tahun ini bisa tumbuh 5,67% atau mencapai Rp345,5 triliun. Angka itu meningkat ketimbang di 2017 yang tumbuh 4,84% dan 2016 sebesar 4,43%.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyampaikan untuk mendukung target itu, pihaknya akan mendorong sektor industri kimia tekstil dan aneka (IKTA) yang memikili potensi dan peluang besar untuk mempercepat pertumbuhan industri.
"Karena itu, pada 2018 ini kami mengharapkan konstribusi sektor IKTA sebesar Rp117 triliun terhadap total investasi," ujar Airlangga dalam breakfast meeting bertema Akselerasi pertumbuhan melalui pendalaman struktur industri dan peningkatan ekspor sektor industri kimia tekstil dan aneka di Kantor Kemenperin, Jakarta, kemarin.
Airlangga berharap pertumbuhan IKTA pada 2018 mencapai 3%-4%. Target itu lebih tinggi daripada pencapaian di 2017 yang sebesar 2,91% dan 2016 yang mencapai 1,76%.
Ia pun mengakui tengah memprioritaskan pendalaman struktur pada industri bahan kimia dan barang kimia sebagai bahan baku sektor IKTA. Itu dilakukan dengan memperkuat sektor hulu yang menghasilkan produk petrokimia berbasis nafta cracker serta produsen penyedia bahan baku obat untuk farmasi. Pasalnya, mayoritas bahan baku dan intermediate product itu masih diimpor dengan nilai US$20,51 miliar atau Rp275 triliun pada 2017.
"Jika kebutuhan itu bisa diproduksi di dalam negeri, tentu meningkatkan nilai tambah bagi sektor manufakur."
Airlangga menyampaikan sedikitnya ada tiga perusahaan yang minat berinvestasi dalam pengembangan sektor industri petrokimia di Indonesia.
Pertama, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. Selaku industri nasional, mereka akan menggelontorkan dana US$6 miliar sampai 2021 untuk peningkatan kapasitas produksi.
Kedua, industri petrokimia asal Korea Selatan, Lotte Chemical Titan, yang akan mereali-sasikan investasi US$3 miliar-US$4 miliar untuk memproduksi nafta cracker dengan total kapasitas 2 juta ton per tahun.
Terakhir, manufaktur besar Thailand, Siam Cement Group (SCG), yang berencana membangun fasilitas produksi nafta cracker senilai US$600 juta di Cilegon, Banten.
Formulasi APBN
Pada kesempatan lain, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan pemerintah sudah memformulasikan penggunaan instrumen APBN termasuk perpajakan untuk mendorong berbagai kegiatan yang menjadi prioritas.
"Apakah itu investasi untuk perluasan usaha, atau untuk rintisan, atau untuk kegiatan pelatihan terhadap tenaga kerja," kata Sri seusai menemui Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, kemarin.
Menurut Sri, dengan formulasi itu, pemerintah dapat mengetahui struktur pembiayaan dan risiko investor khususnya di dalam negeri. Pemerintah juga bisa memahami risiko investasi dengan keuntungan yang berpotensi didapat dunia usaha.
"Nanti kita lihat bagaimana kita bisa menggunakan pajak atau insentif lainnya dalam APBN untuk bisa mengompensasi risiko itu," tukas Sri seperti dikutip dari Antara. (E-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved