Headline

Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.

Menakar Peluang Agus Pimpin BI Lagi

Erandhi Hutomo Saputra
12/2/2018 04:31
Menakar Peluang Agus Pimpin BI Lagi
(ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

NAMA Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo disebut dalam pembicaraan yang dilakukan Presiden Joko Widodo dengan Wapres Jusuf Kalla, pekan lalu. Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Sofjan Wanadi menyebut nama Agus Marto masuk bursa calon Gubernur BI periode 2018-2023 bersama Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro, mantan Menteri Keuangan Chatib Basri, dan Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo untuk diajukan ke DPR paling lambat pekan depan.

Agus secara aturan memang masih bisa diajukan kembali karena baru sekali menjabat sebagai Gubernur BI. Apalagi dalam masa kepemimpinannya, sejumlah prestasi telah ditorehkan. Misalnya, menjaga stabilitas rupiah, menurunkan suku bunga acuan, dan mengelola inflasi. Namun, sejumlah catatan positif itu dirasa belum tentu menghantarkan Agus Marto menjadi Gubernur BI dua periode. Ekonom Indef Bhima Yudhistira menyebut dalam sejarah bank sentral di Indonesia, sulit bagi calon incumbent terpilih dua kali.
Di Indonesia, kata Bhima, ketika rezim berganti maka Gubernur BI juga ikut berganti. Terakhir kalinya jabatan Gubernur BI dipimpin nama yang sama dalam dua periode ialah pada rezim Orde Baru yakni Radius Prawiro (1966-1973) dan Rachmat Saleh (1973-1983).
“Dalam sejarah bank sentral di Indonesia agak sulit calon incumbent terpilih dua kali,” ujarnya.

Langkah Agus untuk dapat terpilih kembali semakin berat karena banyak pihak menilai tantangan yang dihadapi BI ke depan berbeda dengan kondisi lima tahun lalu sebelum Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hadir. “Saya pikir (jabatan Gubernur BI) perlu penyegaran. Kita butuh orang yang bisa mengatasi permasalahan,” ujar Direktur Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal saat dihubungi Media Indonesia, Minggu (11/2). Perlunya orang baru untuk memimpin BI, kata Faisal, karena kebijakan moneter selama ini belum mampu mendorong pertumbuhan ekonomi beranjak dari angka 5%. Semestinya ruang moneter bisa berkontribusi lebih ketimbang fiskal yang terbatas.

“Selama ini belum ada suatu terobosan. Dari sisi stabilitas tercapai, tapi untuk kontribusi lebih ke pertumbuhan belum,” ucapnya. Senada, Kepala Departemen Ekonomi CSIS Yose Rizal Damuri mengatakan, dengan tugas BI dalam memanajemen kebijakan moneter dan lalu lintas keuangan, akan lebih baik jika posisi Gubernur BI diisi orang yang mempunyai latar belakang kebijakan moneter, baik dari akademisi maupun praktisi. Nama Bambang pun, kata Yose, lebih cocok untuk meneruskan jabat-annya sebagai Kepala Bappenas. Dengan begitu, Yose menilai ada dua nama yang lebih cocok menjadi Gubernur BI selanjutnya, yakni Chatib Basri dan Perry Warjiyo. Hal itu karena keduanya dinilai lebih memahami sektor moneter.

“Ke depannya risiko yang diha dapi dari keuangan global akan menjadi sangat kompleks dan membutuhkan kebijakan moneter yang juga kompleks. Di sini Perry dan Chatib menjadi lebih cocok,” tandasnya. (Nov/Try/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya