Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
BANK Indonesia (BI) bersama dengan Bank of Thailand (BoT) dan Bank Negara Malaysia (BNM) sepakat bekerja sama untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dalam transaksi perdagangan ekspor-impor dan investasi antarnegara.
Kesepakatan itu tertuang dalam kerja sama local currency settlement (LCS) yang akan efektif berlaku pada 2 Januari 2018.
"Kerja sama LCS ini adalah proses dan perjalanan untuk mewujudkan pendalaman pasar keuangan, likuiditas, dan efisiensi di tingkat regional (ASEAN)," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo dalam acara peluncuran LCS di Gedung BI, Jakarta, kemarin.
Agus menyebut perdagangan di antara tiga negara itu tercatat US$1,2 triliun atau sekitar 50% dari total perdagangan ASEAN.
Perdagangan Indonesia dengan Malaysia rata-rata per tahun US$19,5 miliar dan dengan Thailand US$15 miliar.
Dari jumlah tersebut, ketergantungan terhadap dolar AS antara Indonesia dan kedua negara itu mencapai 90% untuk ekspor dan 78% untuk impor.
Dengan kerja sama itu diharapkan penggunaan mata uang lokal di tiga negara dalam perdagangan dan investasi meningkat dua kali lipat pada 3-5 tahun ke depan.
"Sekarang porsinya (mata uang lokal) ada berapa, kita minta bisa dua kali lipat dalam 3-5 tahun ke depan. Jadi, nanti mengurangi ketergantungan dolar AS. Semisal untuk rupiah ke ringgit bisa langsung dan tidak perlu membeli dolar AS dulu baru dikonversi ke ringgit."
Dalam kerja sama tersebut telah ditunjuk bank-bank yang akan mengoperasio-nalkan LCS.
Untuk kerja sama dengan Malaysia, Indonesia menunjuk enam bank yang merupakan cross currency dealers (CCD). Malaysia menunjuk lima bank, adapun Indonesia dan Thailand juga masing-masing menunjuk lima bank.
Di tempat yang sama, Gubernur BoT Veerathai Santiprabhob mengatakan tanda keberhasilan kerja sama LCS itu sudah dirasakan Thailand dan Malaysia yang sudah lebih dahulu menerapkan hal tersebut pada 14 Maret 2016.
Penggunaan baht dan ringgit dalam transaksi dagang dan investasi pada pertengah-an 2017 mencapai US$400 miliar per bulannya.
Angka itu dua kali lipat jika dibandingkan dengan periode Juli-Desember 2016.
"Meskipun terlihat kecil, ada tren kenaikan yang menjanjikan di masa mendatang," ucapnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved