Headline

Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.

Ciptakan Wirausaha Teknologi

Ghani Nurcahyadi
04/12/2017 07:31
Ciptakan Wirausaha Teknologi
(THINKSTOCK)

KEHADIRAN usaha rintisan berbasis teknologi (start-up) di Indonesia mulai berhasil memecahkan sejumlah permasalahan lokal, seperti transportasi dan kemudahan berbelanja melalui platform perdagangan elektronik (e-commerce).

Karena itu, kehadiran technopreneur atau wiraswasta di bidang teknologi perlu diperbanyak.

Peran tersebut, menurut Wakil Ketua Umum Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB) Dwi Larso, menjadi salah satu tugas dari perguruan tinggi.

Menurutnya, kehadiran technopreneur yang menghasilkan start-up sesuai dengan kearifan lokal akan mampu memecahkan permasalahan bangsa di bidang ekonomi.

"Taruhan kita untuk menciptakan kemakmuran bangsa dihitung berdasarkan jumlah start-up per populasi. Selain untuk mendorong ini, kita juga bisa memaksa para rektor untuk menghasilkan technopreneur agar menciptakan lapangan kerja dengan membuat start-up," kata Dwi dalam Media Gathering Indonesianisme Summit 2017 di Jakarta, Rabu (29/11).

Komitmen tersebut akan kembali dipertegas dalam Indonesianisme Summit 2017 yang mengusung tema Memenangkan industri Indonesia di Jakarta, 9 Desember mendatang.

Industri digital akan menjadi salah satu bahasan dalam forum yang mempertemukan pemerintah dan pelaku usaha serta pemangku kepentingan lain.

Head of Public Relations of PT Astra International Yulian Warman menegaskan jiwa technopreneur bukan hanya berguna bagi penciptaan lapangan kerja baru melalui pembuatan start-up.

Tapi hal tersebut juga bermanfaat untuk pengembangan inovasi di lingkungan perusahaan seperti yang terjadi di Astra.

"Kontribusi dari pendidikan entrepreneurship perguruan tinggi terlihat juga di sektor swasta karena sudah ada peningkatan dari hal inovasi, baik dari sisi teknologi atau pengembangan manufaktur. Kami di Astra mengadakan kompetisi inovasi secara rutin dan bisa menghasilkan lebih banyak inovasi dari jumlah karyawan per tahun," ujar Yulian.

Ketinggalan zaman

Wakil Ketua Forum Rektor Asep Saefuddin menambahkan, pertumbuhan start-up memang harus dimulai di lingkungan kampus dengan pendidikan entrepreneurship.

Rektor Universitas Al-Azhar Indonesia itu bahkan menyebutkan kampus yang tidak bisa menghasilkan start-up sudah ketinggalan zaman.

"Kampus harus bisa mengembangkan ekosistem yang bisa menumbuhkan entrepreneurship yang berorientasi pada bisnis melalui infrastruktur teknologi atau yang lain. Dosen juga harus proaktif terhadap ide yang dihasilkan oleh mahasiswa sehingga bisa berkembang untuk mendapatkan pendanaan, baik dari bank maupun modal ventura," kata Asep.

Di sisi lain, lanjut Asep, pemerintah juga perlu mengubah penilaian akreditasi kampus dengan mendasarkan pada kualitas lulusan, bukan lagi melalui kapasitas ruang kelas yang terpenuhi.

Di lingkungan universitas, program e-learning perlu diterapkan agar komunikasi mahasiswa dan dosen bisa berlangsung kapan pun.

Sebelumnya, Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria berencana merombak sejumlah program studi untuk mewujudkan techno-sociopreneurship university atau kampus yang menghasilkan wirausaha berbasis inovasi teknologi dan sosial.

Ia menginginkan keberadaan start-up school atau direktorat khusus untuk melatih dan mendampingi perusahaan rintisan milik mahasiswa IPB.

"Tugas start-up school mempersiapkan mahasiswa lebih matang lagi untuk memasuki dunia bisnis. Akan ada inkubasi, saya akan gandeng mitra untuk mengembangkan start-up school dengan teknologi digital yang mencukupi," tandas Arif.

(Ant/S-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya