Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
PT Astra International Tbk berencana menyeimbangkan porsi lini bisnis mereka antara otomotif dan nonotomotif. Selama ini, profit perusahaan berkode emiten ASII itu lebih disumbang dari segmen bisnis otomotif, yakni penjualan mobil, motor, otopart, dan jasa keuangan penunjang otomotif. Head of Investor Relation ASII Tira Ardianti mengatakan akan lebih baik jika sumber laba perseroan tidak didominasi satu segmen bisnis. Itu sebabnya, perseroan berencana meningkatkan sumber pendapatan dari segmen nonotomotif, seperti komoditas batu bara, agribisnis, dan infrastruktur.
"Ke depan kami mau lihat porsi nonotomotif bisa lebih baik sehingga mengimbangi bisnis otomotif sebab neraca profitabilitas tidak baik bila perusahaan berat sebelah untuk satu lini bisnis," ucap Tira saat kegiatan workshop bagi wartawan pasar modal di Ciloto, Jawa Barat, Kamis (9/11). Ia menyebutkan segmen otomotif menyumbang laba perseroan hingga 89% pada 2001, sedangkan nonotomotif hanya 11%. Namun, pada 2015 lini bisnis nonotomotif mulai mengambil porsi 24% dari total laba ASII, sedangkan otomotif menyumbang 76%. Hingga September 2017, segmen nonotomotif mencapai 35% dan otomotif sebesar 65% dari total laba Rp14,18 triliun.
Grup Astra memiliki tujuh segmen bisnis, yaitu otomotif, jasa keuangan, pertambangan dan alat berat, agribisnis, infrastruktur dan logistik, teknologi informasi, dan properti. Namun, Tira belum bisa memperkirakan kapan keseimbangan laba antara otomotif dan nonotomotif tercapai. Itu merupakan tujuan jangka panjang untuk meminimalisasi dampak bila salah satu lini bisnis menghadapi tantangan berat. "Idealnya seimbang 50%-50%. Memang itu tujuan jangka panjang kami dengan terus mendiversifikasi bisnis." Untuk itu, beberapa anak usaha Astra mulai berupaya mendiversifikasi usaha mereka.
Direktur Utama PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), anak usaha ASII, Santosa mengatakan AALI mulai merambah bisnis peternakan sapi pada April 2016. Perusahaan yang selama ini fokus pada sawit sudah menggelontorkan investasi sekitar Rp100 miliar untuk mendatangkan sapi impor dan membangun infrastruktur. "Tahun ini lebih dari 7.000 sapi diimpor dari Australia, terdiri atas 3.370 sapi indukan untuk diternakan dan 4.000 bakalan untuk digemukkan."
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved