Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

RI-Swedia Kembangkan Navigasi Digital

(Ant/E-2)
10/11/2017 01:45
RI-Swedia Kembangkan Navigasi Digital
(Ilustrasi--thinkstock)

PDIREKTORAT Navigasi Penerbangan Ditjen Perhubung­an Udara Kementerian Perhubung­an bekerja sama dengan Otoritas Penerbangan Swedia untuk mengembangkan sistem navigasi penerbangan digital. Direktur Navigasi Penerbangan Yudhi Sari Sitompul mengatakan pengembangan sistem navigasi penerbangan Indonesia ke arah digital dilatarbelakangi semakin meningkatnya pergerakan atau trafik lalu lintas penerbangan di Indonesia dengan sebaran yang beragam. Salah satu indikatornya ialah dimasukkannya Bandara Internasional Soekarno-Hatta sebagai 1 dari 20 bandara tersibuk soal lalu lintas penerbangan di dunia pada periode 2010-2015 oleh Airport Council International (ACI).

“Kami dari Direktorat Navigasi Penerbangan menyambut baik kerja sama dari pemerintah Swedia ini karena kami memiliki lebih dari 250 bandara, mulai yang kecil hingga besar yang perlu dikembangkan soal dukungan teknologi sistem navigasi penerbangannya. Hal ini bertujuan mendukung keselamatan, kelancaran, dan kenyamanan penerbangan serta efisiensi operasional bandara di Indonesia,” ujar Yudhi, dalam keterangan resminya, Kamis (9/11).

Menurut dia, biaya operasional navigasi penerbangan mencapai 30%-40% dari biaya operasional bandara. Jika sistem operasional navigasi penerbangan dilakukan dengan sistem teknologi digital mo-dern, kata dia, itu akan mampu menurunkan biaya navigasi penerbangan sehingga operasional bandara lebih efisien.

“Swedia telah mengembangkan teknologi remote tower ATS dan sudah diujicobakan di beberapa bandara. Jadi, Swe­dia mempunyai pengalaman dalam implementasi remote tower ini. Kita bisa belajar dan saling berbagi pengalaman dengan mereka,” katanya.
Yudhi berharap Ditnavpen bersama dengan operator atau Air Nav Indonesia dapat menyusun suatu konsep di masa depan dan mengetahui seberapa mungkin mengapli-kasikan atau menganalisis untung dan rugi model remote tower ATC bila diterapkan di Indonesia. Saat ini Organisasi Penerbangan Internasional (ICAO) terus membuat lokakarya terkait dengan praktik rekomendasi dan standar di bidang remote aircraft (drone) dan remote ATS, termasuk terkait dengan remote tower ATC.(Ant/E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik