Headline

Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.

Operasi Pasar Beras Medium Diperluas

Jessica Sihite
03/11/2017 07:01
Operasi Pasar Beras Medium Diperluas
(Dok. MI)

UNTUK mencegah terjadinya fluktuasi harga, terlebih menjelang Natal dan Tahun Baru, Kementerian Perdagangan akan memperluas operasi pasar (OP) dengan menggelontorkan beras medium ke seluruh Indonesia.

Operasi tersebut telah dimulai di Jakarta sejak 9 Oktober lalu dan hingga kini masih berlangsung.

"Kami khawatir ada spekulan yang mau mempermainkan harga. Jadi, OP beras medium akan kami intensifkan di seluruh Indonesia, terutama di daerah yang konsumsinya berpotensi naik karena liburan dan pulang kampung," papar Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita seusai rapat dengan para pengusaha beras di Jakarta, kemarin.

Enggar berharap, dengan strategi itu, tingkat inflasi bisa terus terjaga. Pada Oktober lalu, harga beras menyumbang inflasi 0,04%.

"Minimal harga stabillah, sesuai dengan HET (harga eceran tertinggi)," tukasnya.

Operasi pasar untuk beras medium itu menggunakan beras cadangan milik pemerintah dari Perum Bulog. Pemerintah memberikan izin sebanyak 75 ribu ton beras yang digelontorkan hingga Maret 2018.

Beras milik Perum Bulog tersebut dijual dengan harga Rp8.100 per kilogram (kg) di seluruh pasar Jabodetabek.

Di kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya Arief Prasetyo Adi menyebut sepanjang Oktober, beras OP yang sudah terjual ke masyarakat mencapai 5.200 ton.

Dengan adanya operasi pasar tersebut, harga beras medium menjadi turun dari Rp9.100 per kg menjadi Rp8.050-Rp8.100 per kg.

"Oktober dengan menggelontorkan 5.200 ton saja harga sudah turun lagi. Jadi, belum tentu kita akan pakai semua izin 75 ribu ton," ucap Arief.

Menurut Arief, pada pekan ini Bulog akan kembali menggelontorkan 4.010 ton beras medium ke Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) untuk disalurkan ke pasar-pasar Jabodetabek.

Sementara itu, untuk wilayah di luar Jakarta, Bulog akan ditugasi menggelar OP beras medium melalui divisi regional (divre) masing-masing daerah.

Mesin pengering

Namun, Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) Soetarto Alimoeso memperkirakan harga beras di tingkat penggilingan akan terus naik dalam beberapa bulan ini karena belum memasuki masa panen raya.

Selain itu, cuaca yang cenderung kering membuat harga gabah menjadi lebih mahal.

"Keadaan itu selalu terjadi pada bulan-bulan seperti ini karena memang produksinya sedang menurun. Kedua, di samping produksi menurun, kualitasnya biasanya lebih baik sehingga harga cenderung meningkat. Selama puluhan tahun begitu persoalannya," cetusnya.

Menurutnya, persoalan tahunan tersebut lebih disebabkan minimnya mesin pengering yang dimiliki para pengilingan padi.

Dari total penggilingan padi di Indonesia yang sejumlah 182 ribu penggilingan, hanya sekitar 2.000 perusahaan besar yang memiliki mesin pengering, atau sekitar 1%.

Dengan mesin pengering, Soetarto menilai kualitas gabah bisa terjaga pascapanen raya. Pada saat produksi menurun, stok tersebut bisa digelontorkan ke pasar.

Meski demikian, adanya HET dinilai akan tetap membuat harga beras di tingkat konsumen stabil meski harga di penggilingan naik.

"Harusnya tidak naik. Paling-paling kalau memang tidak ada, mungkin langka. Nanti kita lihat," tegas Soetarto.

(E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya