Headline

Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.

Pengusaha Ritel Mesti Berbenah

Andhika Prasetyo
02/11/2017 05:13
Pengusaha Ritel Mesti Berbenah
(ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

TUTUPNYA sejumlah toko ritel seperti Matahari Department Store dan Lotus mengundang spekulasi duga-an adanya penurunan daya beli di masyarakat.

Akan tetapi, menurut pelaku industri yang terlibat di dalamnya, yang terjadi ialah perubahan pola konsumsi di masyarakat.

Perkembangan teknologi digital juga diduga ikut berperan meski bukan satu-satunya faktor.

CEO Tokopedia William Tanuwijaya mengatakan adanya dugaan telah terjadi peralihan pola belanja dari offline ke online juga tidak sepenuhnya benar.

Ia menyebutkan kontribusi transaksi perdagangan elektronik (e-commerce) baru sekitar 1,4% dari total transaksi keseluruhan di Indonesia.

"Pertumbuhannya dari tahun ke tahun memang pesat, tapi ketika kenyataan angkanya hanya segitu, sulit dikatakan kalau toko online menjadi penyebab tutupnya beberapa toko ritel," ujar William di Jakarta, kemarin.

Ia mengatakan tutupnya beberapa toko ritel bisa jadi merupakan strategi perusahaan.

"Mungkin kita melihat ada toko yang tutup, tetapi kan kita tidak tahu ada berapa banyak yang buka baru," tuturnya.

Menurut dia, saat ini memang terjadi perubahan pola belanja, terutama pada gene-rasi millenial, kelompok manusia yang lahir di atas 1980-an hingga 1997.

Namun, perubahan itu bukan dari offline ke online, melainkan dari konsumsi barang (good consumption) ke konsumsi pengalaman (experience consumption).

"Sekarang orang ke mal tak hanya untuk belanja, tapi juga untuk refreshing. Mereka nonton bioskop, main ice skating. Itu yang harus dicermati."

Hal senada disampaikan Produser Brand Adventure Andy Flores Noya. Kata dia, generasi milenial tidak lagi mementingkan barang mewah sebagai gaya hidup.

"Membeli pakaian mewah itu obsesi generasi dulu. Gene-rasi sekarang lebih senang menabung dan digunakan untuk traveling. Semua berlomba untuk itu. Pola ini bergeser sehingga konsumsi pengalaman itu yang diutamakan," tandasnya.

Ubah gaya

Apa yang diungkapkan William dan Andy diamini CEO Sogo Department Store Handaka Santosa.

Sebagai pelaku usaha ritel modern, pihaknya mesti tahu hal apa saja yang menjadi tren dan diinginkan konsumen saat ini.

"Kami (Mitra Adi Perkasa) memang menutup Lotus, tetapi akan membuka Sogo di Supermall Karawaci. Ini strategi bisnis untuk mendapatkan momen lebih bagus. Kalau memang ada store yang sudah sepi, ya tutup. Ini hanya masalah bisnis," jelasnya.

Menurut Handaka, pihaknya sudah mengubah strategi menarik konsumen lebih banyak.

"Kami mengubah cara menyajikan barang. Ada online to offline, artinya beli online nanti ambil di store. Bisa juga nanti kalau pergi ke mal, istri belanja, suami bisa potong rambut. Ada banyak cara," tuturnya.

Sebelumnya Head of Marketing and Promotion Ramayana, Ainu Rofik, mengatakan pihaknya juga mulai menjual produk-produk di marketplace seperti Tokopedia dan Lazada, serta juga tengah mengkaji untuk membuka platform penjualan daring sendiri.

"Jangan sampai kita ke-tinggalan kereta karena ini kesempatan memperbesar market share kita." ujarnya.

(E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya