Headline

Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.

Pemerintah Diminta Fokus Serap Anggaran

Jes/E-2
21/10/2017 09:01
Pemerintah Diminta Fokus Serap Anggaran
(ANTARA FOTO/HO)

EKONOM Universitas Indonesia Lana Soelistianingsih memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan mampu mencapai 5,05% atau di bawah target yang dipatok dalam APBN-P 2017 sebesar 5,1%.

Di lain pihak, Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di dua paruh kuartal terakhir akan lebih baik dari perkiraan awal, yang terindikasi dari sudah pulihnya kegiatan ekonomi di sektor ritel dan dorongan dari percepatan pembangunan infrastruktur.

Di kuartal III 2017, BI memprediksi pertumbuhan ekonomi akan berada di 5,1-5,2 %, atau lebih baik daripada triwulan II 2017 yang sebesar 5,01%. "Di sektor ritel mulai ada pemulihan, memang belum seragam pemulihannya, tapi kami sudah mulai melihat pemulihan di sektor konstruksi, apalagi dari infrastruktur," ujar Mirza di Jakarta, kemarin.

Namun, Lana tidak sependapat dengan Mirza. Menurut dia, meski infrastruktur sedang gencar dibangun, dampaknya masih terlampau kecil. "Mungkin ekspor malah yang bisa bantu dengan keadaan harga minyak yang membaik," paparnya.

Dia juga tidak sependapat dengan BI mengenai perdagangan ritel. Menurutnya, kenaikan penjualan ritel pada September 2017 yang sebesar 2,3%-2,4% belum bisa menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi di kuartal terakhir. Pasalnya, penjualan mobil, motor, dan semen masih terpantau negatif.

Karena itu, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI itu menyarankan pemerintah untuk fokus pada penyerapan anggaran guna memaksimalkan pertumbuhan ekonomi.

"Karena per September realisasi anggaran baru 60% dari pagu. Tinggal tiga bulan lagi sampai Desember," ujarnya.

Berdasarkan hasil Rapat Dewan Gubernur BI periode Oktober 2017, perbaikan pertumbuhan ekonomi 2017 disebut ditopang ekspansi belaja fiskal melalui instrumen APBN 2017 seperti pencairan gaji ke-13 dan juga bantuan sosial. BI juga mengklaim dosis pelonggaran kebijakan moneter yang telah dilakukan sejak 2016 turut membantu pemulihan konsumsi domestik karena terus menurunnya suku bunga pinjaman dari perbankan.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya