Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
TEMBAKAN nuklir oleh Korea Utara (Korut) yang lewat di atas wilayah Jepang berimbas pada sentimen negatif pada indeks harga saham gabungan (IHSG) Selasa (29/8) yang ditutup melemah 0,26% atau 15,129 basis poin ke level 5.888,212 dari penutupan sebelumnya di level 5.903,341. Sentimen negatif itu bahkan mulai terlihat saat pembukaan yang langsung terkoreksi ke zona merah di level 5.899,746. Analis Danareksa Sekuritas Lucky Bayu Purnomo memperkirakan risiko pelemahan IHSG akan terjadi selama sepekan ke depan sejak kemarin dengan target terendah berada di level 5.800.
Efek misil Korea Utara beserta kekuatan militernya beberapa kali akan memicu sentimen negatif bagi beberapa negara karena mengarah pada eskalasi ketegangan politik. “Sehingga pasar seperti bursa saham Jepang, Nikkei, melemah 158 poin di pembukaan pertama. Itu juga akan berakibat pada negara berkembang seperti Taiwan dan negara kawasan regional Asia. Sebelum ada alasan yang jelas dari Korea Utara, pasar akan cenderung menjaga diri membatasi transaksi karena melihat arah perilaku Korut,” ujar Lucky saat dihubungi Media Indonesia, Selasa (29/8).
Namun, kata Lucky, level terendah bukan berarti menujukkan IHSG buruk, melainkan dalam batas wajar karena IHSG sempat menyentuh level tertinggi di 5.916 meski sempat terkoreksi pada level 5.888. “Posisinya masih rasional. Selama tren pelemahan tidak di bawah 5.800 maka masih masuk batas toleransi,” ujarnya. Ia menjelaskan dalam kondisi konflik geopolitik seperti saat ini, sektor yang akan diuntungkan antara lain pertambangan. “Saham yang direkomendasi ialah Antam, Timah, PTBA, Adaro, dan PT Vale (Inco). Lima saham ini akan berdampak terkait sektor pertambangan.” Apalagi, sentimen komoditas pertambangan kini tengah bagus. “Harga emas dalam angka rata-rata tertinggi selama 10 bulan terakhir, diikuti pula batu bara, timah, dan nikel yang juga naik,” tuturnya.
Sektor pertambangan
Lucky menambahkan kondisi konflik geopolitik itu juga akan mendorong spekulasi. Dalam hal ini pasar akan melihat menguatnya harga minyak akan lebih optimal apabila disertai dengan spekulasi. “Mereka (pasar) belum tahu tujuan Korea Utara meluncurkan rudal, hanya mempertontonkan atau ada eskalasi lain. Pasar menangkapnya sebagai spekulasi. Harga minyak juga belum mencapai target di US$55 per barel,” tuturnya. Namun, menurut dia, investor asing mungkin belum akan menarik dana mereka karena masih melihat kondisi geopolitik Korea Utara dengan negara-negara maju. “Adapun saham yang harus dihindari ialah sektor keuangan dan perbankan karena paling sensitif atas volatility pasar.”
Senada dengan dia, analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada melihat, meski berita peluncuran misil Korea Utara tidak secara langsung berdampak pada kondisi makroekonomi Indonesia, secara sentimen dapat memengaruhi pergerakan pasar keuangan di dalam negeri. “Biasanya pelaku pasar akan melakukan aksi jual alih-alih mengamankan posisi portofolionya. Ini bisa menjadi lebih buruk jika Jepang bersama AS melakukan reaksi berlebihan sebagai balasan kepada Korea Utara karena dapat berdampak pada konflik geopolitik yang lebih luas,” tukasnya. (E-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved