BERDASARKAN survei Nielsen Consumer Media View yang dilakukan di 11 kota di Indonesia, penetrasi televisi masih memimpin dengan 96% disusul dengan media luar ruang (53%), internet (44%), radio (37%), koran (7%), tabloid dan majalah (3%).
Keberadaan internet sebagai media dengan tingkat penetrasi yang cukup tinggi menjadi indikasi bahwa masyarakat Indonesia semakin gemar mengakses berbagai konten melalui media digital.
Berdasarkan survei Nielsen Cross-Platform 2017, terjadi peningkatan akses internet oleh netizen di hampir semua tempat. Beberapa tempat di antaranya adalah kendaraan umum (53%), kafe atau restoran (51%), bahkan di acara konser (24%) pun mengalami peningkatan dalam jumlah akses media digital dibandingkan 2015. Peningkatan juga terjadi untuk akses internet dari rumah dan tempat bekerja.
“Akses internet di luar rumah bisa jadi disebabkan karena semakin banyak orang yang memiliki akses melalui telepon seluler, juga ketersediaan wi-fi di area publik yang semakin umum Sedangkan akses di rumah turut dipengaruhi oleh fasilitas wi-fi yang terjangkau”, tutur Direktur Eksekutif Nielsen Media Hellen Katherina, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (26/7).
Membahas meningkatnya konsumsi media digital, kata dia, semakin banyak ditemukan konsumen yang menonton televisi dan menggunakan internet dalam waktu yang bersamaan (lazim disebut sebagai dual-screen).
Peningkatan konsumsi dual-screen yang rutin dilakukan setiap hari dapat ditemukan di semua kelompok usia. Bahkan di kelompok usia 50 tahun ke atas, mereka yang melakukan dual-screen setiap hari pun meningkat dari 7% di 2015 menjadi 48% di 2017.
Dari survei ini juga diperoleh temuan bahwa saat ini ada beragam cara yang dilakukan untuk mengakses konten TV atau film. TV terrestrial dan TV kabel masih menjadi pilihan utama dengan perolehan 77%, namun akses konten video melalui platform digital juga cukup tinggi seperti misalnya situs streaming seperti Youtube, Vimeo dsb (51%), portal TV online (44%), TV internet berlangganan seperti Netflix, Iflix, Hooq, dsb (28%).
Dibandingkan dengan 2015, frekuensi menonton konten video melalui internet juga menunjukkan peningkatan di semua kelompok usia. YouTube masih menjadi platform online video yang paling banyak diakses. Di samping itu konsumen juga banyak menonton konten video melalui situs Detik (29%), dan CNN Indonesia (27%).
Infrastruktur memiliki pengaruh yang penting dalam kemampuan konsumen untuk menonton secara daring (online). Akses Internet yang lamban menjadi alasan utama para konsumen (27%) untuk tidak menonton secara online, Alasan lainnya yang ditemukan adalah kesulitan dalam penggunaannya dan juga masih banyaknya konsumen yang lebih menyukai televisi traditional (24%).
“Hal ini membantah anggapan yang banyak beredar bahwa penonton TV tradisional sepenuhnya berpindah ke platform digital. Karena berdasarkan temuan ini, bahkan di kalangan pengguna internet pun, masih cukup banyak yang lebih memilih untuk menonton TV tradisional dibandingkan mengakses konten video secara online,” lanjut Hellen.
Nielsen Cross-Platform report merupakan studi konsumen digital untuk area Asia Pasifik. yang berfokus pada pengguna internet dan perilaku pemakaian multi media khususnya dalam mengakses konten digital.
Negara-negara Asia Pasifik yang terlibat dalam studi ini meliputi Indonesia, Jepang, Malaysia, Filipina, Korea Selatan, Thailand, dan Vietnam. Studi ini merupakan studi tahunan yang pengukurannya dilakukan selama periode Q1 menggunakan metodologi survei online.
Pertanyaan dikirim melalui email dan diundang untuk melengkapi survei online melalui perangkat apapun yang terhubung dengan internet. Semua hasil kemudian ditarik selama bulan Februari hingga April 2017.
Sementara Survei Consumer Media View (CMV) adalah survey sindikasi yang dilakukan Nielsen terhadap + 17,000 orang usia 10 tahun keatas di 11 kota di Indonesia (Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Semarang, Surakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Palembang, Makassar dan Banjarmasin). Informasi yang ada di dalamnya termasuk data-data demografi, psikografi, penggunaan media, sampai dengan penggunaan produk. (OL-6)