Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
PELAKU usaha yang bergerak di sektor ritel perlu mewaspadai perubahan perilaku belanja konsumen. Keberadaan belanja daring (online) dapat menggerus porsi belanja konsumen melalui ritel konvensional.
Ekonom Universitas Indonesia (UI) Lana Soelistianingsih menilai ada kemungkinan masyarakat kini mulai mening-galkan cara berbelanja konvensional. Hal itu dilihatnya dari berbagai survei perilaku masyarakat selama bulan puasa silam.
"Saya pernah melihat survei tentang apa yang dilakukan masyarakat pada hari pertama puasa. Hasilnya, masyarakat yang berbelanja online naik dan itu dilakukan perempuan dan laki-laki. Jadi, kemungkinan pertumbuhan ritel itu turun karena beralih ke online," ucap Lana melalui sambungan telepon, kemarin (Kamis, 29/6).
Lana berpendapat bila pertumbuhan belanja online selama Lebaran tahun ini naik hingga 20% dari tahun lalu, daya beli masyarakat masih bisa dikatakan terjaga. "Supaya mengimbangi yang online, saya rasa ritel mesti rajin memberikan diskon karena harga di online kebanyakan lebih murah kan," tukasnya.
Melalui pesan singkat, Founder & CEO Bukalapak.com Achamd Zaky mengamini telah terjadi lonjakan penjualan pada Lebaran tahun ini hinngga tiga kali lipat dari tahun sebelumnya.
"Secara keseluruhan, pertumbuhan e-commerce saat Lebaran memang naik dua kali lipat dari hari biasanya," tandas Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia Aulia Marinto kepada Media Indonesia.
Sebelumnya para pelaku usaha ritel dan produsen makanan dan minuman mengeluhkan kenaikan omzet penjualan mereka yang tidak sebesar tahun lalu. Mereka menengarai ada keganjilan dalam fenomena belanja Lebaran kali ini. Dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat, porsi belanja masyarakat juga bertambah. Dengan demikian omzet mereka seharusnya lebih baik jika dibandingkan dengan tahun lalu. Tapi, kenyataannya hal itu tidak terjadi.
Di sisi lain, Lana menilai bisa bisa saja kebijakan pemerintah untuk mencabut subsidi listrik bagi pelanggan mampu 900 VA dan keterlambatan pembayaran gaji ke-13 sebagai penyumbang rendahnya peningkatan omzet ritel. "PNS di pusat saja totalnya 6-8 juta orang, belum di daerah. Dengan penundaan itu otomatis daya beli melambat," ujarnya.
Karena itu, Lana menyarankan pemerintah untuk segera menggenjot belanja pemerintah pada kuartal III tahun ini. Dia menilai belanja pemerintah bisa sangat membantu pertumbuhan sektor riil yang sedang mengalami stagnansi.
Lebih baik
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai Lebaran tahun ini dipandang lebih menguntungkan secara ekonomi ketimbang sebelum-sebelumnya. Perputaran uang dinilai pemerintah lebih besar pada Lebaran 2017.
Indikatornya, menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, ialah banyaknya usaha yang dibuka saat Ramadan hingga Lebaran. Menurutnya, selama 10 tahun terakhir, tidak banyak restoran yang dibuka saat Lebaran, tetapi pada tahun ini terlihat berbeda.
"Sekarang tempat usaha sudah mulai pragmatis, jadi buka pas Lebaran. Ini menimbulkan ekonomi yang memutar cukup banyak," ucap Sri Mulyani di rumah dinasnya.(E-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved