Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
BANK Indonesia (BI) berupaya agar inflasi tetap terjaga menjelang Hari Raya Lebaran dan Tahun Ajaran 2017-2018. Karena itu, BI akan berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait dalam upaya pengendalian. "Mei ini inflasi sedikit meningkat ketimbang bulan sebelumnya. Ini harus bisa dijaga supaya kembali betul-betul seperti yang kita targetkan. Akan ada koordinasi dengan pemerintah pada Senin (12/6) besok dan di pusat maupun di daerah," sebut Gubernur BI Agus Martowardojo, di Jakarta, Jumat (2/6).
Agus menuturkan, inflasi pada Mei sebagian besar akibat komponen volatile food. Untuk itu, pemerintah serius dalam menjaga stabilitas harga dengan menjaga pasokan bahan pangan. Langkah itu perlu dilakukan karena aspek volatile food berada di kisaran 0.91% rata-rata per bulan. "Komitmen menjaga stabilitas harga pangan di situ. Kita juga sudah mendengar setiap sektor akan menjaga bahkan diyakini pasokannya ada dan yang terpenting masyarakat tetap tenang tidak berbelanja berlebihan supaya harga akan tetap terjaga," kata dia.
Di samping harga pangan, dia mewanti-wanti transportasi udara akan menimbulkan inflasi. Hal itu berdasarkan hasil evaluasi Lebaran tahun lalu yang memberikan dampak inflasi yang signifikan. Agus menjelaskan angka inflasi pada Mei hampir sama dengan prediksi BI yang didapatkan dari hasil survei, yaitu 0,37%. Namun, angka Badan Pusat Statistik (BPS) merujuk pada 0,39% sehingga itu harus dijadikan sebagai rambu-rambu untuk mengencangkan upaya menjaga tingkat inflasi.
Terlebih, Lebaran akan jatuh pada juni yang berdekatan dengan kalender baru pendidikan. Agus meyakini Juni merupakan puncak tingkat inflasi pada 2017 akibat ujung dampak pemangkasan subsidi listrik 900 WA, Lebaran, dan kalender baru pendidikan.
Lebih tinggi
Sebelumnya, memasuki Ramadan, BPS mencatat terjadi inflasi 0,39% pada Mei 2017. Dari 82 kota indeks harga konsumen (IHK), 70 kota mengalami inflasi dan hanya 12 kota yang mengalami deflasi. Inflasi pada Mei lalu tercatat lebih tinggi daripada April 2017 yang sebesar 0,09%. Kepala BPS Suhariyanto menilai inflasi yang lebih besar secara month to month (mtm) tersebut terjadi lantaran berbagai kelompok pengeluaran mengalami kenaikan harga. "Mei sudah mulai masuk Ramadan. Seluruh kelompok pengeluaran mengalami kenaikan. Yang paling berpengaruh, yakni kelompok bahan makanan, tarif listrik, makanan jadi, dan sandang," ucap Suhariyanto saat konferensi pers di Jakarta, Jumat (2/6).
Angka inflasi paling tinggi dalam kelompok pengeluaran ialah pada bahan makanan, yakni sebesar 0,86%. Di sam-ping itu, kebijakan pencabutan subsidi listrik golongan rumah tangga 900 VA juga menyumbang inflasi 0,06%. Kenaikan tarif listrik tahap ketiga yang dimulai pada Mei-Juni tersebut membuat kelompok perumah-an, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami inflasi 0,35% pada Mei 2017. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau juga mengalami inflasi 0,38% karena adanya kenaikan harga nasi dengan lauk, rokok keretek, dan rokok keretek filter. (Jes/E-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved