Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
MENJELANG Ramadan fenomena kenaikan harga bahan pokok memang selalu menjadi pola yang dibiasakan. Masyarakat sudah tak lagi terkejut jika harga-harga bahan pokok mulai naik.
Hal buruk tersebut terusmenerus terjadi dan seolah dibiarkan. Padahal, itu akan merugikan masyarakat. Fenomena itu yang coba diatasi oleh Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Enggartiasto Lukita.
“Target terdekat pemerintah ialah bagaimana harga tetap stabil dan tidak naik, sebelum hingga sesudah Lebaran. Ini merupakan bagian dari rencana jangka panjang pemerintah yang ingin lebih berpihak pada masyarakat,” ujar Enggar saat berkunjung ke Kantor Media Group, Jakarta, Selasa (16/5).
Menteri Perdagangan (Mendag) optimistis harga bahan pokok selama Ramadan hingga Lebaran bisa stabil dengan berbagai upaya, antara lain dengan memastikan memiliki stok beras, daging, dan gula, juga pasokan telur aman hingga seusai Lebaran pada Juli.
Selain itu, melakukan dialog dengan seluruh pelaku mata rantai komoditas. “Kalau harga terus stabil, bayangkan lebih dari Rp20 triliun beban rakyat bisa berkurang. Dalam bulan Ramadan, ibu-ibu bisa tersenyum, itu saja tujuan saya,” ujarnya.
Sejak diangkat menjadi menteri perdagangan 27 Juli tahun lalu, Enggar memang tak pernah berhenti berupaya menstabilkan harga pangan. Berbagai upaya pun telah dilakukan demi menurunkan atau menstabilkan harga bahan-bahan pokok.
Bahkan, pemerintah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Pangan yang akan memantau pergerakan harga pangan di daerah. Fokus utama Enggar ialah memotong mata rantai yang panjang, mulai produsen, distributor utama, hingga pedagang yang berhubungan langsung dengan masyarakat.
Adanya mata rantai itu menyebabkan kenaikan harga bahan pangan. Terdapat enam bahan pokok yang menjadi sasaran utama Kementerian Perdagangan dalam menstabilkan harga. Bahanbahan tersebut, antara lain, beras, bawang merah, bawang putih, gula, minyak sayur, dan daging.
“Beras, gula, minyak sayur, daging, bawang merah, dan bawang putih itu saya ada stoknya, kecuali cabai yang memang tergantung dengan alam,” ungkap menteri perdagangan ke-35 Indonesia itu.
Solusi
Lonjakan harga yang dihadapi Enggar ketika diangkat jadimenteri perdagangan ialah pada komoditas daging. Harga daging di daerah stabil di angka Rp120 ribu hingga Rp150 ribu. Padahal, normalnya Rp80 ribu.
Enggar mengungkapkan harga daging yang tak kunjung turun karena ketergantungan pada satu negara asal, serta manuber sekelompok pengusaha lokal. Untuk menghadapi gerakan para mafia itu, pemerintah mencoba dengan tidak lagi mengimpor hanya dari satu negara, tapi dari beberapa negara sumber lain. Yang dilakukan ialah mengimpor kebutuhan daging dengan daging kerbau asal India.
“Jalan satu-satunya bagi kami ialah menggelontorkan daging impor ke masyarakat dengan harga Rp80 ribu dalam bentuk daging beku. Sejauh ini, kami masih ada sekitar 51 ribu ton daging yang masih dalam perjalanan dan dengan adanya persediaan sekarang maka yang kami miliki sebanyak 86 ribu ton daging untuk disuplai ke
masyarakat,” jelas Enggar.
Bersamaan dengan itu, Menteri Perdagangan pun berupaya menurunkan harga gula yang meroket menjadi Rp15 ribu hingga Rp16 ribu per kilogram dengan membanjiri pasar dengan gula impor.
Upaya yang sama dilakukan pemerintah menurunkan harga minyak goreng yang melonjak jadi Rp15 ribu-Rp16 ribu per kilogram turun menjadi Rp10.500 per kilogramnya.
Untuk menawar harga minyak sayur dan gula tersebut, Enggar menggunakan strategi khusus. Menteri berusia 65 tahun tersebut mengaku mencoba terus berdialog dengan para pengusaha gula dan minyak sayur selama tiga hari berturut-turut di auditorium Kementerian Perdagangan.
“Saya ajak produsen dan distributor itu duduk bersama selama tiga hari tiga malam di auditorium, bahkan saya dan para eselon kementerian juga turut bekerja di ruangan itu. Diskusi sengit pun terus-menerus terjadi sejak pagi hingga pukul setengah dua pagi dan akhirnya kami bisa menyepakati harga minyak sayur dan juga gula,” pungkas Enggar.
Melalui berbagai upaya tersebut, Enggar menyatakan optimistis harga bahan pokok akan stabil menjelang Ramadan dan setelah Lebaran. (S1-25)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved