POPULASI badak sumatra dalam 10 tahun terakhir berkurang 50%, dari sekitar 160 ekor kini hanya 80. Menurunnya jumlah populasi itu dipicu perburuan dan perdagangan khususnya cula, tulang, dan kulit.
''Saat ini populasi badak sumatra ada di empat titik, yakni Way Kambas, Bukit Barisan Selatan, Gunung Leuser, dan Kutai Barat,'' kata Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tachrir Fatoni pada Lokakarya Pengembangan Rencana Implementasi Konservasi Harimau dan Badak Sumatra, di Jakarta, kemarin (Rabu, 6/5/2015).
Ia melanjutkan kondisi agak berbeda dialami badak jawa di Ujung Kulon. Data terakhir 2015 mencatat badak jawa mencapai 57 ekor, atau meningkat dua kali lipat dari 25 ekor pada 1980.
''Namun, ini tetap mengkhawatirkan sebab badak jawa hanya ada di satu populasi, yakni Semenanjung Ujung Kulon. Ada kekhawatiran terjadi penurunan kualitas genetik,'' jelasnya.
Untuk itu, tahun ini pemerintah menetapkan target 100 unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) bisa difungsikan maksimal. Dari 522 tempat konservasi seperti cagar alam dan taman nasional, hanya 50 unit yang terkelola. Sisanya tak terurus.
''Nantinya, tak hanya badak sumatra dan badak jawa, harimau sumatra serta satwa lain juga jadi perhatian kami,'' tukas Tachrir.
Direktur Yayasan Badak Indonesia Widodo Ramono menyambut positif target 100 unit konservasi yang dicanangkan pemerintah. ''Ini langkah serius yang perlu didukung oleh pihak swasta dan masyarakat.''(Try/H-2)